Bisnis.com, JAKARTA - Bank Dunia memperkirakan 49 juta orang akan terperangkap pada kemiskinan ekstrem karena pandemi virus Corona.
Dari proyeksi itu, India memimpin dengan kemungkinan 12 juta warganya menjadi miskin ekstrem setelah mengalami lockdown paling masif di dunia.
Menurut perkiraan Pusat Pengawasan Ekonomi India, sebuah lembaga think tank sektor swasta, sekitar 122 juta orang India terpaksa keluar dari pekerjaan bulan lalu.
Pekerja upah harian dan mereka yang dipekerjakan oleh usaha kecil telah menerima pukulan terburuk dari kebijakan lockdown pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi.
Kelompok itu termasuk pedagang asongan, pedagang tepi jalan, pekerja yang bekerja di industri konstruksi dan banyak yang mencari nafkah dengan mendorong gerobak tangan dan becak.
Bagi Modi, yang berkuasa sejak 2014 dan berjanji akan mengangkat warga India dari kemiskinan, dampak dari lockdown itu membawa risiko politik yang signifikan.
Baca Juga
Dia memenangkan mayoritas kedua kalinya pada tahun lalu karena kekuatan program sosial populer pemerintahnya yang secara langsung menargetkan kaum miskin, seperti penyediaan tabung gas, listrik, dan perumahan umum.
"Banyak upaya pemerintah India untuk mengurangi kemiskinan selama bertahun-tahun dapat dinegasikan hanya dalam beberapa bulan," kata Direktur Pelaksana IPE Global Ashwajit Singh, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (28/5/2020).
Singh merunjuk pada studi Universitas PBB yang memperkirakan 104 juta orang India bisa jatuh di bawah garis kemiskinan. Ini akan membuat proporsi orang yang hidup dalam kemiskinan dari 60 persen atau 812 juta saat ini, menjadi 68 persen atau 920 juta.
Sebuah laporan Bank Dunia menemukan bahwa India telah membuat kemajuan yang signifikan dan hampir kehilangan statusnya sebagai negara dengan penduduk paling miskin. Namun, dampak penguncian Modi berisiko membalikkan keuntungan tersebut.
Pemerintah telah menjanjikan kredit murah kepada petani, transfer uang langsung untuk warga miskin dan memudahkan akses ke program ketahanan pangan. Namun, jutaan warga miskin India kini sedang transit di seluruh negeri dengan situasi keamanan pangan sangat mengerikan.
Ekonomi India sudah tumbuh pada laju paling lambat dalam lebih dari satu dekade ketika virus menyerang. Lockdown yang mulai berlaku pada 25 Maret lalu itu, telah menghentikan kegiatan bisnis, melemahkan konsumsi, dan mendorong ekonomi kearah kontraksi setahun penuh pertama dalam lebih dari empat dekade.
Modi, yang telah dikritik kebijakannya yang merugikan warga miskin India, mengatakan pemerintahnya akan menghabiskan US$265 miliar atau sekitar 10 persen dari PDB untuk membantu perekonomian terbesar ketiga di Asia itu mengatasi dampak pandemi. Namun, para ahli mengatakan hanya sebagian dari anggaran itu yang merupakan stimulus fiskal langsung.
"Yang paling mengkhawatirkan adalah respons pemerintah. Pandemi ini akan memperbesar ketidaksetaraan yang sudah ada dan sudah tinggi di India," kata Reetika Khera, seorang profesor ekonomi di Institut Teknologi India di Delhi.