Bisnis.com, JAKARTA - Langkah pemerintah Jepang mengeluarkan stimulus besar-besaran dinilai belum cukup oleh sejumlah analis pasar di Negeri Sakura.
Masaki Kuwahara, analis senior dari Nomura Sekuritas misal, menilai bahwa Jepang butuh tiga atau empat kali mengeluarkan paket stimulus serupa untuk kembali ke trek perekonomian yang normal.
Pandangan Kuwahara ada dasarnya. Kendati memecahkan rekor dunia, dia menilai dua paket stimulus yang sudah diluncurkan Jepang baru bertujuan untuk mengurangi dampak ekonomi, padahal mereka lebih dari itu.
Tingkat permintaan, kata Kuwahara, juga harus dipancing naik dengan cara mengeluarkan paket stimulus yang berbeda.
"Dua stimulus awal hanya mengurangi efek ekonominya. Padahal untuk kembali ke normal, negara ini memerlukan kembalinya tingkat permintaan. Hanya karena angka itu besar, bukan berarti dampaknya juga akan besar," tuturnya seperti diwartakan Bloomberg, Kamis (28/5/2020).
Bila stimulus ketiga dan keempat tak segera dikeluarkan, Kuwahara bahkan memprediksi pada Kuartal II/2020 perekonomian Jepang akan menyusut 23,9 persen dan mengalami rebound 13 persen pada Kuartal III.
Baca Juga
"Aku tidak akan mengubah pendapatku, karena bagaimanapun dua paket stimulus awal sama sekali tak berpengaruh pada level permintaan," sambungnya.
Rabu (27/5/2020), pemerintah baru saja mengumumkan rencana melipat gandakan stimulus mereka hingga setara 40 persen dari GDP. Ini merupakan stimulus kedua setelah kucuran dana sebesar 60 triliun yen pemerintah pada April 2020 lalu.
Menurut laporan resmi pemerintah per Kamis (28/5/2020), jumlah kasus positif corona di Jepang telah menyentuh 16.552, dengan 13.973 orang di antaranya telah dinyatakan sembuh dan 870 korban meninggal.