Bisnis.com, JAKARTA - Kehadiran ratusan tenaga kerja asing atau TKA asal China di lokasi pembangunan smelter nikel di Konawe, Sulawesi Tenggara, bertujuan untuk mempercepat pembangunan smelter dengan teknologi rotary kiln electric furnace, RKEF, dari China.
Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi mengatakan penggunaan teknologi RKEF China memiliki keunggulan seperti lebih ekonomis, cepat, dan memiliki standar lingkungan yang baik.
"Kenapa butuh TKA China tersebut? Karena mereka bagian dari tim konstruksi yang akan mempercepat pembangunan smelter itu. Setelah smelter jadi, maka TKA tersebut akan kembali ke negara masing-masing. Pada saat operasi, mayoritas tenaga kerja berasal dari lokal," kata Jodi melalui keterangan resmi, Kamis (28/5/2020).
Pernyataan tersebut menjadi sanggahan Kemenko Maritim dan Investasi yang dipimpin Luhut Pandjaitan atas isu yang beredar di masyarakat bahwa TKA China akan mengambil alih pekerjaan tenaga kerja lokal.
Adapun di Kawasan Industri Virtue Dragon di Konawe, terdapat 11.790 tenaga kerja dengan komposisi 11.084 tenaga kerja Indonesia dan 706 TKA China.
Walhasil jika ditambah 500 TKA maka dari sisi komposisi tenaga kerja Indonesia tetap jauh lebih banyak.
Lebih lanjut, bukti bahwa Pemerintah tetap memprioritaskan pekerja lokal tampak dalam proyek-proyek sektor energi yang tengah berjalan.
Di PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) diketahui ada 39.500 tenaga kerja dengan 5.500 TKA di dalamnya. Jodi pun memastikan jika pembangunan smelter di sana telah rampung maka jumlah TKA pun berkurang.
Kemudian di Kawasan Industri Weda Bay, yang saat ini sebagian besar masih dalam fase konstruksi, terdapat 8.900 tenaga kerja dengan komposisi 7.700 tenaga kerja lokal dan 1.200 TKA.