Bisnis.com, JAKARTA – Ketika pandemi Covid-19 memaksa dunia menghentikan aktivitasnya, emisi karbon dioksida global turun hingga 17 persen dibandingkan dengan tingkat 2019.
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change menyatakan bahwa pengurangan yang terjadi akibat penurunan transportasi dan industri selama masa pandemi merupakan salah satu penurunan emisi tunggal terbesar dalam sejarah.
Namun demikian, para peneliri studi ini mengatakan bahwa pengurangan dan penurunan ini cenderung bersifat sementara. Upaya lockdown yang akan dihentikan bakal menjadikan emisi global setiap harinya meningkat hingga ke level yang sama tahun lalu.
“Meskipun ini mungkin mengarah pada pengurangan emisi terbesar sejak Perang Dunia II, tapi ini hanya sementara dan proses penumpukan karbon dioksida yang sedang berlangsung di atmosfer terus berlangsung,” kata Richard Betts, seorang peneliti iklim Met. Hadley Centre.
“Ini seperti kita mengisi bak mandi dan telah sedikit memutar keran, tetapi tidak mematikannya jadi airnya masih naik hanya saja tidak terlalu cepat. Untuk menghentikan air yang meluap, kita perlu mematikan kerannya,” imbuhnya.
Dalam studi baru tersebut, para peneliti menganalisis upaya lockdown di 69 negara yang mencakup 97 persen dari total emisi karbon dioksida global. Tim melihat data dari enam sektor eknomi utama termasuk transportasi darat, transportasi air, listrik, industri, bangunan publik, dan rumah pribadi.
Data tersebut dianalisis untuk memperkirakan perubahan emisi harian dari setiap sektor antara Januari dan April 2020, dibandingkan dengan tingkat rata-rata dari periode yang sama pada 2019.
Penelitian menemukan bahwa penurunan terbesar dalam emisi karbon ini berasa dari berkurangnya lalu lintas mobil, truk, dan bus yang menyumbang sekitar 43 persen dari total perkiraan pengurangan emisi. Sementara itu, pengurangan dalam sektor listrik dan industri totalnya menyumbang 43 persen penurunan.
“Penurunan emisi pada 2020 yang terbesar terjadi di China, di mana menjadi lokasi ketika industri dan komunitas di-lockdown pertama kalinya. Diikuti dengan Amerika Serikat, Eropa, dan kemudia India,” kata Rep Canadell, penulis penelitian tersebut.
Puncak penurunan harian terjadi pada 7 April sebesar 17 persen ketika China, Amerika Serikat, India, dan sebagian negara besar penghasil karbon lainnya berada di bawah tingkat lockdown dengan pengawasan yang ketat secara bersamaan.
Beberapa negara secara individu mencatatkan penurunan emisi harian hingga 26 persen. Namun peneliti mengatakan bahwa sebagian besar dari pengurangan tersebut sudah hilang.
Tim peneliti memperkirakan jika kegiatan ekonomi kembali ke tingkat normal atau sebelum krisis pada pertengahan Juni tahun ini, total emisi global akan turun rata-rata 4 persen pada akhir 2020. Sementara, jika pembatasan tetap dilakukan lebih lama, emisi karbon akan turun sebesar 7 persen.