Bisnis.com, JAKARTA - Angka pengangguran Hong Kong melesat ke level tertinggi selama lebih dari satu dekade seiring dengan pemulihan ekonomi yang terganjal ancaman resesi.
Berdasarkan data kementerian terkait, angka pengangguran naik menjadi 5,2 persen pada Februari - April 2020 atau lebih tinggi dibandingkan estimasi ekonomi yang dikompilasi Bloomberg yakni 4,6 persen. Angka saat ini menunjukkan level tertinggi sejak Oktober 2009.
Kenaikan ini sekaligus memperpanjang rentang peningkatan angka pengangguran secara berturut-turut selama 7 bulan sejak krisis finansial pada 2008.
“Pasar tenaga kerja akan terus tertekan dalam jangka dekat. Data tenaga kerja menunjukkan adanya penurunan tajam seiring dengan pandemi Covid-19 yang membebani aktivitas ekonomi,” kata Sekretaris Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Hong Kong Law Chi-kwong, dilansir Bloomberg, Selasa (19/5/2020).
Selain itu, angka setengah pengangguran juga naik menjadi 3,1 persen atau yang tertinggi selama lebih dari 15 tahun. Data yang sama menunjukkan total pekerjaan dan tenaga kerja melebar ke rekor baru.
Pengangguran dari sektor konsumsi dan pariwisata tercatat melesat menjadi 9 persen, sedangkan tingkat pengangguran di sektor makanan dan minuman menyentuh level 12 persen.
Tingginya angka pengangguran merupakan indikator ekonomi terbaru yang menunjukkan kelesuan ekonomi Hong Kong. Ekonomi tercatat menyusut 8,9 persen pada kuartal awal tahun ini di tengah pembatasan sosial akibat Covid-19.
Ketika ekonomi dunia mulai pulih dari tekanan Covid-19, Hong Kong kembali harus menghadapi protes prodemokrasi dan antipemerintah yang sempat menyeret ekonomi negara ini ke jurang resesi pada tahun lalu.
Ketua Asosiasi Manajemen Ritel Hong Kong Annie Yau Tse bahkan menyebutkan pelaku ritel disebutkan tertekan cukup dalam dan satu dari empat pelaku ritel bakal hilang pada Desember 2020 jika penjualan tidak pulih.
Lembaga ini memperkirakan ada sekitar 62.400 toko ritel di Hong kong dan sekitar 15.000 berada dalam risiko kebangkrutan.