Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah kritikan terkait penanganan pandemi virus corona, Presiden AS Donald Trump memperkenalkan pemimpin baru dalam tim pengembangan vaksin virus corona.
Jenderal Gustave Perna, yang memimpin Army Materiel Command di militer AS, ditunjuk sebagai Kepala Operation Warp Speed (Operasi Super Cepat). Selain itu, mantan petinggi GlaxoSmithKline Plc Moncef Slaoui akan menjadi Kepala Peneliti di tim tersebut.
"Saya akan senang jika kita bisa melakukannya sebelum akhir tahun ini. Ini sangat berisiko, sangat mahal, tapi kita akan menghemat banyak waktu, bertahun-tahun," ujar Trump seperti dilansir Bloomberg, Jumat (15/5/2020).
Operation Warp Speed is "a massive scientific, industrial, and logistical endeavor unlike anything our country has seen since the Manhattan Project." pic.twitter.com/dkfU3vPnnA
— The White House (@WhiteHouse) May 15, 2020
Operation Warp Speed bertujuan untuk mengakselerasi proses pembuatan vaksin yang biasanya memakan waktu bertahun-tahun menjadi hanya beberapa bulan. Beberapa ahli kesehatan meragukan vaksin Covid-19 bisa siap untuk populasi besar pada akhir tahun ini, sedangkan beberapa pihak lain seperti miliuner Bill Gates meyakini vaksin atas penyakit dapat tersedia dalam beberapa bulan ke depan.
Tim ini juga terlihat serupa dengan gerakan Accelerating Covid-19 Theurapeutic Interventions and Vaccines (Activ), yang diluncurkan oleh National Institutes of Health pada April 2020. Gerakan tersebut mencakup kerja sama antara lembaga kesehatan pemerintah dengan 16 perusahaan biofarmasi, yang ditujukan untuk mempercepat pengembangan dan produksi obat virus corona.
Baca Juga
Penunjukkan dua orang ini hanya berlangsung sehari setelah mantan kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Biomedis (Biomedical Advance Research and Development Agency) Rick Bright mengungkapkan kepada Kongres AS bahwa pemerintah tidak memiliki rencana untuk memproduksi maupun mendistribusikan vaksin virus corona secara adil jika vaksin itu sudah tersedia.
Bright dicopot dari posisinya sebulan lalu dan dipindahkan ke National Institutes of Health. Sejak itu, dia menjadi whistle-blower dan kritikus aktif Trump.
Bright mengklaim dirinya dicopot karena melawan langkah Trump untuk mempromosikan perawatan yang belum diuji coba untuk Covid-19, yakni obat malaria chloroquine dan hydroxychloroquine.