Bisnis.com, JAKARTA - Belum sampai tiga bulan usai Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) yang kembali menempatkan Zulkifli Hasan sebagai ketua umum, kini partai tersebut mulai menunjukkan keretakan internal.
Keretakan itu ditandai dengan mundurnya Ketua Fraksi PAN di DPR Hanafi Rais yang sekaligus mundur dari keanggotaannya di lembaga legislatif itu.
Tidak hanya itu, Hanafi juga menyatakan mundur dari jabatan elite di kepengurusan hasil Kongres V PAN di Kendari Februari 2020, meski menduduki jabatan Wakil Ketua Umum DPP PAN.
Tentu tidak sulit untuk ditebak kalau mundurnya putra Amien Rais sang pendiri partai itu ada kaitannya dengan Kongres PAN. Maklum, kongres yang cukup dinamis itu sempat diwarnai adegan lempar kursi alias berlangsung cukup panas.
“Tampaknya PAN sedang menghadapi disharmoni di internalnya pascakongres kelima. Soliditas elite terganggu oleh kompetisi dalam kongres tersebut,” ujar pengamat politik yang juga profesor peneliti LIPI, Siti Zuhro kepada Bisnis ketika dimintai pendapatnya soal dinamika tersebut.
Dia berpendapat bahwa kongres yang berakhir dengan ketidakpuasan dari kelompok yang kalah saat perebutan jabatan ketua umum, sudah mulai ambil ancang-ancang untuk mendirikan partai baru. Mengapa hal itu terjadi, tentu juga tidak sulit untuk dijawab.
Ketua Fraksi PAN di DPR Hanafi Rais./Istimewa
“Mungkin PAN yang diketuai Zulkifli Hasan saat ini dianggap tak sejalan lagi dengan harapan Amien Rais yang pernah memimpin partai itu,” kata Siti Zuhro.
Artinya, mundurnya Hanafi Rais semakin menegaskan adanya keterbelahan PAN. Padahal, PAN telah beberapa kali berhasil melaksanakan kongres. Akan tetapi, Kongres PAN yang terakhir di Provinsi Sulawesi Tenggara itu terlihat tak mampu mengelola friksi dengan baik sehingga kompetisinya cenderung tidak sehat.
Hal inilah yang membuat PAN pecah. Dalam friksi tersebut, Zulkifli berhadapan langsung dengan Amien Rais.
Dengan demikian Hanafi Rais, mau tak mau, harus memilih apakah terus di PAN-nya Zulkifli Hasan atau mengikuti jejak sang ayah.
“Jawabannya sudah jelas, Hanafi memilih mengikuti jejak ayahnya. Dia lebih menyokong ayahnya yang tengah bersemangat mendirikan partai baru,” kata Siti Zuhro.
Bagi Hanafi, PAN bukan lagi menjadi tempat yang nyaman bagi dirinya. Nasib PAN ke depan bergantung pada kepiawaiannya dalam memajukan partai, melakukan kaderisasi dan promosi kader selain kemampuan mengelola konflik.
Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais (tengah) dalam pembukaan rakernas PAN di Hotel Milenium, Jakarta, Sabtu (7/12/2019). /Antara
Di sisi lain, PAN juga menghadapi tantangan yangt idak ringan. Apalagi, rakyat semakin menuntut peran partai politik dalam kehidupan bernegara.
Artinya, ketidakmampuan partai dalam menjaga soliditas internalnya akan membuat partai itu mudah goyah. Apalagi, kalau ada gangguan dari kekuatan luar.
Hal ini sudah seharusnya menjadi peringatan bagi PAN, apakah akan terus eksis di kancah perpolitikan nasional, atau hilang di tengah kompleksitas permasalahan yang dihadapinya.