Bisnis.com, JAKARTA - Serikat Pekerja dan Mitra Produksi Industri Makanan dan Produk Tembakau mengajak masyarakat dan komunitas untuk memberikan perlindungan dan menghilangkan stigma negatif terhadap para buruh yang terpapar virus cirona (COVID-19).
Seperti halnya masyarakat dari kelompok lain, buruh yang terkena COVID-19 juga memerlukan bantuan dan dukungan psikologis dari komunitas masyarakat agar dapat segera mengatasi situasi yang menimpa dirinya.
Ketua Mitra Produksi Sigaret Indonesia (MPSI) Joko Wahyudi berharap pemerintah dan industri dapat lebih memperhatikan buruh yang tengah mengalami musibah tersebut. Dia mengajak masyarakat untuk mendukung dan memotivasi buruh yang terkena dampak COVID-19 beserta keluarganya dengan menumbuhkan rasa gotong-royong antar sesama.
Jangan sampai masyarakat malah melakukan diskriminasi yang memicu stres dan penurunan kekebalan tubuh pada pasien. “Buruh atau keluarganya yang terkena dampak COVID-19 harusnya dimotivasi dan didukung. Prioritas kita semua sekarang adalah menjaga kesehatan serta kebersihan dengan mengikuti anjuran Pemerintah sehingga pandemi ini segera berakhir," katanya.
Joko mengatakan munculnya stigma negatif terhadap buruh yang menjadi pasien positif COVID-19 ini seharusnya tidak perlu terjadi. “Mereka (para buruh) yang terkena dampak virus ini bukan orang jahat, sangat tidak manusiawi kalau mereka dianggap jahat,” kata Joko. Menurutnya, buruh yang positif COVID-19 justru sedang membutuhkan uluran tangan karena mereka tengah dirugikan oleh situasi.
“Mereka sudah stres dengan kondisinya, jangan ditambahi lagi dari tekanan masyarakat. Sebaiknya kita memotivasi mereka untuk sembuh, jika ada yang kesulitan ekonomi mari kita bantu bersama,” ujarnya.
Joko mengatakan perilaku masyarakat yang mengucilkan dan menjauhi pasien positif COVID-19 mungkin terjadi akibat ketakutan yang berlebihan. “Takut itu wajar, tetapi jangan berlebihan dan menebar kepanikan apalagi hoaks,” katanya..
Terpisah Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio menyampaikan bahwa di tengah pandemi virus Corona (COVID-19), masyarakat tidak hanya diwajibkan untuk memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan sekitarnya namun harus menerapkan protokol kebersihan pada barang konsumsi, termasuk produk makanan dan kemasannya.
"Pastikan mencuci tangan sebelum memproses makanan atau bahan makanan dan apapun yang masuk mulut, termasuk rokok dan permen. Semua orang dan benda yang berada di tempat umum berpotensi tercemar. Intinya adalah kebersihan diri, termasuk makanan," ujarnya.
Senada dengan Joko, Sekretaris Pimpinan Daerah Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman (RTMM) Jawa Timur Santoso mengatakan buruh yang positif COVID-19 juga mengalami dampak sosial yang sangat besar.
Dia mengajak pemerintah dan masyarakat untuk lebih berempati kepada buruh karena situasi pandemi sangat berdampak pada buruh secara sosial dan ekonomi. “Kami mengajak seluruh anggota federasi dan masyarakat untuk memberikan motivasi dan membesarkan hati pada buruh yang terdampak COVID-19. Jika stigma ini terus berlanjut, maka akan semakin memperkeruh suasana,” tegasnya.