Plasma Darah
Menristek Bambang Brodjonegoro mengatakan kementeriannya sedang melakukan uji klinis terhadap berbagai macam obat yang direkomendasikan dari luar negeri, baik avigan, chloroquine dan tamiflu, selain juga obat pil kina yang sedang dikembangkan di Indonesia.
"Pil kina (ini) sedang kita uji sebagai salah satu alternatif obat yang barangkali bisa meringankan beban penderita Covid-19," ujarnya.
Kemenristek juga sedang melakukan riset terhadap convalescent plasma sebagai terapi untuk pasien Covid-19.
"Plasma dari pasien yang sudah sembuh itu kemudian dicoba diberikan sebagai terapi untuk pasien Covid-19 yang sedang dalam kondisi berat," katanya.
Penelitian yang sudah mulai dilakukan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto terhadap convalescent plasma, kata Bambang, menunjukkan hasil yang cukup melegakan, meski masih memerlukan riset dalam skala besar.
Oleh karena itu, Kemenristek/BRIN bersama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan melakukan riset yang lebih besar dan akan melibatkan banyak rumah sakit di berbagai daerah di Indonesia, tidak hanya di Jakarta, untuk mengembangkan convalescent plasma.
"Misalkan di Malang, di Yogyakarta, Surabaya, Solo maupun tempat-tempat lainnya," kata Menristek.
Ia berharap convalescent plasma tersebut dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kesembuhan penderita Covid-19.
Penyuntikan plasma darah pasien yang telah sembuh dari Covid-19 terbukti ampuh untuk menyembuhkan pasien Covid-19. Ada beberapa pasien yang sembuh setelah melakukan pengobatan ini tetapi masih perlu dilakukan penelitian ulang.
Chief Quality Officer dan Chief of Infectious Diseases di University of Maryland UCH Faheem Younus mengatakan bahwa saat ini ada pasien yang sembuh setelah disuntikkan plasma darah dari pasien yang sembuh.
Faheem merujuk pada jurnal yang ada di www.jamanetwork.com, berisikan riwayat 5 pasien rentang usia 36 tahun - 65 tahun, 2 wanita menerima ventilasi mekanik pada saat pengobatan dan semua telah menerima antivirus dan methylprednisolone.
Setelah transfusi plasma, suhu tubuh menjadi normal dalam 3 hari pada 4 dari 5 pasien. Adapun sindrom distres pernapasan akut (ARDS) sembuh pada 4 pasien pada 12 hari setelah transfusi, dan 3 pasien disapih dari ventilasi mekanik dalam 2 minggu perawatan.
Dari 5 pasien, 3 telah dipulangkan dari rumah sakit dengan lama perawatan berkisar 53 hari, 51 hari, dan 55 hari. Sementara, 2 dalam kondisi stabil pada hari ke-37 setelah transfusi.
Memang pengobatan dengan menyuntikkan plasma darah ini sudah digadang-gadang beberapa waktu yang lalu, antibodi dari plasma darah atau serum dari orang-orang yang telah sembuh dari infeksi virus corona SARS-CoV-2 bisa menambah imunitas dari pasien yang baru terinfeksi.
Antibodi ini mengandung serum darah yang bisa menetralisir SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan infeksi Covid-19.
Beberapa ahli langsung meingmplementasikan terapi ini di lokasi berbeda. Dokter di Shanghai telah menggunakan terapi plasma ke orang yang baru terinfeksi virus corona di China, pembuat obat terbesar di Jepang yakni Takeda Pharmaceuticals juga mulai menguji terapi ini.