Uji Spesimen Lamban
Kelangkaan reagen dan terbatasnya laboratorium yang bisa memeriksa spesimen berbasis PCR mau tak mau berdampak pada jumlah kasus pasien dalam pengawasan (PDP) yang bisa terkonfirmasi positif Covid-19 atau tidak.
Mengutip Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih bahwa saat dia berkunjung ke Pusdalog BNPB pekan lalu, laporan kematian pasien diduga karena Covid-19 adalah real time dari berbagai rumah sakit.
Cukup mengejutkan, ada sekitar 400-an yang meninggal terkonfirmasi positif Covid-19 dari 1.300 PDP yang meninggal.Maka, ada ribuan PDP yang belum terkonfirmasi Covid-19 meninggal karena masih menunggu hasil tes swab dengan metode PCR.
Ini bisa terjadi karena pemeriksaan spesimen yang lamban dengan beberapa kendala seperti terbatasnya tenaga terlatih dan laboratorium BSL-2 kurang dibanding penyebaran virus corona yang cepat dan masih ditambah lagi persoalan kelangkaan reagen.
Padahal, Presiden Joko Widodo menargetkan 10.000 pemeriksaan PCR per hari untuk mengendalikan penularan Covid-19.
Dengan demikian spesimen PDP dan ODP menumpuk di laboratorium. Pasien harus menunggu lama untuk mengetahui terinfeksi Covid-19 atau tidak. Bahkan, dalam beberapa kasus, pasien meninggal sebelum hasil swab-nya diketahui.
Wakil Ketua Umum IDI Slamet Budiarto menilai kelambanan itu merupakan persoalan serius. Pemerintah harus segera meningkatkan kapasitas pengujian sampel. Jika tidak, angka kematian karena Covid-19 semakin tinggi. Data Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 ada 193.571 ODP dan 17.754 orang PDP.
Seperti diketahui, orang yang terinfeksi virus corona pun bisa tanpa gejala (OGT) atau bergejala ringan, yang berisiko menularkan ke orang lain tanpa tahu dirinya terpapar virus.
Oleh karena itu, Slamet menekankan bahwa tes swab massal Covid-19 menjadi hal mendesak yang mesti segera dilakukan, minimal harus mampu melakukan tes massal dengan jumlah 1,5 juta spesimen. Jumlah tersebut sekitar 0,6 persen dari total 267 juta penduduk Indonesia.