Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Inggris Belum Berencana Longgarkan Lockdown

Perdana Menteri Boris Johnson menekankan keengganan mengambil risiko terlalu cepat dengan kebijakan pelonggaran. Johnson sendiri saat ini masih berada dalam karantina setelah dinyatakan positif Covid-19 pekan lalu.
Warga melewati Menara Bridge di London, Inggris, Kamis (9/4/2020). Saat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berada di unit perawatan kritis karena Covid-19, sejumlah pejabat menyusun rencana untuk memperpanjang masa lock down untuk mengendalikan krisis karena virus corona. Bloomberg/Simon Dawson
Warga melewati Menara Bridge di London, Inggris, Kamis (9/4/2020). Saat Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berada di unit perawatan kritis karena Covid-19, sejumlah pejabat menyusun rencana untuk memperpanjang masa lock down untuk mengendalikan krisis karena virus corona. Bloomberg/Simon Dawson

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Inggris menegaskan sama sekali belum berencana melakukan pelonggaran lockdown dalam waktu dekat.

Dalam rapat via konferensi video dengan para menterinya, Perdana Menteri Boris Johnson menekankan keengganan mengambil risiko terlalu cepat dengan kebijakan pelonggaran. Johnson sendiri saat ini masih berada dalam karantina setelah dinyatakan positif Covid-19 pekan lalu.

"Kami harus mengambil langkah yang masuk akal. Bisa jadi sebuah skenario buruk bila kami menerapkan pelonggaran dan gelombang kedua lonjakan virus datang. Kami tidak ingin mengulang semuanya dari awal," ujar Sekretaris Kebudayaan Inggris, Oliver Dowden mewakili kabinet, seperti dilansir Bloomberg.

Hingga artikel ini rilis, menurut data Johns Hopkins University jumlah kasus positif corona terkonfirmasi di Inggris sudah menyentuh 121.173. Dari angka tersebut, 16.060 orang di antaranya sudah dinyatakan meninggal.

Pemerintahan Boris Johnson sebelumnya mendapat banjir kritik karena dianggap tak siap menghadapi pandemi. Dalam beberapa laporannya, media setempat seperti BBC dan Sunday Times mengkritisi kinerja pemerintahan yang kurang ketat dalam hal penerapan protokol keselamatan.

Pemerintah juga diduga terindikasi melonggarkan protokol keselamatan demi mengembalikan keuntungan ekonomi dan pendapatan negara.

Kritik itu sempat mendapat respons keras dari salah satu menteri Johnson, Michael Gove.

"Media seolah menggambarkan bahwa Perdana Menteri [Boris Johnson] tak peduli pada virus ini, padahal semua waktu, tenaga, dan usahanya tercurahkan sepenuhnya untuk mengatasi masalah yang ada," tutur Gove.

Dalam sehari, saat ini fasilitas kesehatan Inggris ditaksir bisa melakukan lebih dari 16.000 tes menggunakan metode PCR. Pemerintah menargetkan bisa meningkatkan kemampuan jadi 25.000 tes per hari selambat-lambatnya sampai bulan Mei.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper