Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Bangkit dari Pandemi, Tarif Pelayaran Berangsur Pulih

Indeks Captize Exchange Baltik telah meningkat selama tujuh pekan terakhir karena aktivitas ekonomi utama Asia membaik, dan volume bijih besi pulih setelah cuaca buruk musiman yang telah menghambat pengiriman dari Australia dan Brasil.
Foto udara kapal yang mengangkut kontainer di Pelabhuan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn
Foto udara kapal yang mengangkut kontainer di Pelabhuan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn

Bisnis.com, JAKARTA - Tarif pelayaran atau freight rate untuk komoditas berjumlah besar berangsur pulih setelah sempat merosot tajam pada awal tahun ini menyusul pukulan yang diderita ekonommi China akibat pandemi virus Corona.

Dilansir melalui Bloomberg, Indeks Captize Exchange Baltik telah meningkat selama tujuh pekan terakhir karena aktivitas ekonomi utama Asia membaik, dan volume bijih besi pulih setelah cuaca buruk musiman yang telah menghambat pengiriman dari Australia dan Brasil.

"China adalah negara pertama yang dilanda krisis virus, tetapi sekarang juga yang pertama keluar dari krisis," kata Ralph Leszczynski, manajer riset di pialang kapal Banchero Costa & Co., seperti dikutip melalui Bloomberg, Senin (20/4).

Dia menambahkan bahwa pemulihan akan bergerak perlahan namun dipastikan kembali ke posisi semula. Meski demikian, prospek untuk pengiriman secara umum tetap beragam.

Menurut kepala analisis komoditas dan penelitian untuk maritim dan perdagangan global di IHS Markit, Rahul Kapoor, ketika penambang di Australia telah meningkatkan ekspor bijih besi, pengiriman Brasil masih cenderung di bawah rata-rata.

Berdasarkan angka resmi, Brasil mengirim 70,5 juta ton bijih besi pada kuartal I/2020, dibandingkan dengan 84,3 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

Menanggapi prospek tersebut, penambang Vale SA memangkas acuannya untuk produksi bijih besi setahun penuh pada Senin (20/4/2020).

Prospek untuk permintaan juga tidak pasti, meskipun investor kini bertaruh pada harapan dari stimulus pemerintahan Xi Jinping untuk menopang pertumbuhan ekonomi China.

Sementara stimulus Beijing mendukung optimisme, kegiatan ekonomi yang lebih rendah mungkin tidak akan cukup untuk mendorong pemulihan tarif yang berarti, tambah Kapoor.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper