Bisnis.com, JAKARTA – Para pemimpin China mengakui bahwa negara mereka menghadapi kesulitan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mengisyaratkan untuk melancarkan lebih banyak stimulus.
Menurut sebuah pernyataan yang dirilis setelah pertemuan Politbiro pada Jumat (17/4/2020), pemerintah China akan mengadopsi kebijakan-kebijakan makro dengan kekuatan yang lebih besar untuk menahan dampak dari pandemi virus corona (Covid-19).
Pernyataan itu mengatakan bahwa China harus "berpegang teguh" pada tujuan mencapai masyarakat yang cukup makmur tahun ini. Pernyataan ini terkesan lebih 'lembek' dibandingkan dengan frasa sebelumnya yang mengatakan bahwa pemerintah harus "memastikan pencapaian".
Menurut Citigroup Inc., pertemuan itu menunjukkan bahwa kepemimpinan China mungkin telah 'sedikit mengalah' pada janji untuk menggandakan produk domestik bruto (PBD) dan pendapatan pada tahun ini dari level yang tercapai pada 2010.
“Pertemuan Politbiro menegaskan kembali perlunya kebijakan fiskal yang lebih proaktif dan kebijakan moneter yang lebih berhati-hati, tetapi dengan lebih banyak fleksibilitas,” tulis ekonom Citigroup, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (20/4/2020).
Citigroup memperkirakan pemerintah dapat melancarkan upaya stimulus fiskal komprehensif yang lebih besar dari perkiraan.
Baca Juga
Pertemuan tersebut, yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping, berjanji untuk menurunkan suku bunga dan jumlah uang tunai yang harus disimpan bank-bank di bank sentral, serta menegaskan bahwa pemerintah akan menjual lebih banyak obligasi dan meningkatkan defisit fiskal.
Pertemuan itu diadakan pada hari yang sama dengan laporan China bahwa PDB kuartal I/2020 berkontraksi -6,8 persen, pertumbuhan negatif pertama dalam beberapa dekade, di tengah hantaman pandemi Covid-19 terhadap Negeri Tirai Bambu.
Prospek ekonomi untuk kuartal berjalan juga lemah, karena negara-negara lain tengah membatasi kegiatan ekonomi sebagai upaya membendung penyebaran corona, sehingga kemungkinan besar akan memukul kinerja ekspor China.