Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF: Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Stagnan pada 2020

17 negara di kawasan tersebut telah menyatakan minatnya terhadap dua instrumen pembiayaan darurat IMF, yakni Fasilitas Kredit Cepat dan Instrumen Pembiayaan Cepat.
Peserta berdiri di dekat logo Dana Moneter Internasional (IMF) dalam rangkaian Pertemuan IMF - World Bank Group 2018, di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018)./Reuters-Johannes P. Christo
Peserta berdiri di dekat logo Dana Moneter Internasional (IMF) dalam rangkaian Pertemuan IMF - World Bank Group 2018, di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018)./Reuters-Johannes P. Christo

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional atau IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik kemungkinan akan melambat pada 2020, sesuatu yang belum terjadi dalam 60 tahun terakhir.

Changyong Rhee, Direktur Asia dan Pasifik, mendesak pemerintah di kawasan untuk menggunakan semua opsi kebijakan guna mendukung ekonomi selama pandemi virus corona, termasuk pengaturan pertukaran bilateral dan multilateral.

Rhee mengatakan 17 negara di kawasan tersebut telah menyatakan minatnya terhadap dua instrumen pembiayaan darurat IMF, yakni Fasilitas Kredit Cepat dan Instrumen Pembiayaan Cepat.

Menurut IMF, pukulan ekonomi virus corona jauh lebih buruk daripada krisis lain. Kawasan Asia Pasifik tumbuh pada tingkat rata-rata tahunan sebesar 4,7 persen sepanjang krisis keuangan global, misalnya, dan 1,3 persen selama krisis keuangan asia.

Rhee mengatakan langkah-langkah aliran modal harus dipertimbangkan untuk memastikan stabilitas eksternal, dan neraca bank sentral harus digunakan untuk membantu bisnis kecil dan menengah.

"Ini bukan waktu untuk bussines as usual. Negara-negara Asia perlu menggunakan semua instrumen kebijakan dalam perangkat mereka. Dalam melakukan itu, pertukaran kebijakan tidak akan terhindarkan dan akan tergantung pada ruang kebijakan," katanya.

Dalam laporan World Economic Outlook pertamanya sejak pandemi, IMF memperkirakan produk domestik bruto global akan menyusut 3 persen tahun ini, turun dari ekspansi 3,3 persen yang diperkirakan pada Januari 2020. Angka itu lebih dalam dari kontraksi 0,1 persen dalam PDB global pada 2009, dan kemungkinan akan menandai anjlok terdalam sejak Depresi Hebat hampir seabad lalu.

"Untuk 2021, ada harapan. Jika kebijakan penanganan berhasil, kita akan melihat rebound dalam pertumbuhan. Namun, sangat tidak pasti bagaimana tahun ini akan mengalami kemajuan," katanya.

Pertumbuhan di China dan India akan melambat tetapi ekonomi dua negara itu masih akan berhasil tumbuh masing-masing 1,2 persen dan 1,9 persen. PDB riil di Jepang diperkirakan akan menurun sebesar 5,2 persen.

Dalam jumpa pers online setelah pidato pembukaannya, Rhee mengatakan Asia hanya akan pulih ketika ada pemulihan global.

"Akan sangat sulit untuk membayangkan bahwa Asia dapat pulih dengan sendirinya," kata Rhee.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper