Bisnis.com, JAKARTA — International Monetary Fund (IMF) mendesak pemerintah negara Asia Pasifik menggunakan semua opsi kebijakan untuk menyokong ekonomi yang terdampak pandemi, termasuk pengaturan swap bilateral dan multilateral.
Baca Juga
Dilansir dari Bloomberg, Director of the Lender’s Asia and Pacific Department IMF Changyong Rhee mengatakan 17 negara di kawasan Asia Pasific telah menyatakan minat mereka terhadap dua instrumen pembiayaan darurat IMF yakni Fasilitas Kredit Cepat dan Instrumen Pembiayaan Cepat.
Lembaga keuangan tingkat dunia tersebut memprediksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik kemungkinan akan melambat pada tahun ini. Menurutnya, skala perlambatan akan mengalami fase yang belum terjadi dalam 60 tahun terakhir.
IMF juga menilai pukulan ekonomi dari pandemi Covid-19 diperkirakan menjadi jauh lebih buruk daripada krisis lain. Wilayah Asia Pasifik tumbuh pada tingkat rata-rata tahunan sebesar 4,7 persen di saat krisis keuangan global, misalnya, dan 1,3 persen selama krisis keuangan Asia.
Rhee mengatakan aliran modal harus dipertimbangkan untuk memastikan stabilitas eksternal dan neraca bank sentral harus digunakan untuk membantu bisnis kecil dan menengah. Menurutnya, negara- Asia perlu menggunakan semua instrumen kebijakan mereka.
"Ini bukan waktu untuk bisnis seperti biasa. Dalam melakukan itu, kebijakan swap tidak akan terhindarkan dan akan tergantung pada ruang kebijakan,” ujar Rhee dalam sambutannya dalam konferensi pers virtual pertemuan IMF dan Bank Dunia, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (16/4/2020)
Sementara itu pada hari Selasa (14/4/2020) lalu, dalam laporan Outlook Ekonomi Dunia pertamanya sejak pandemi menutup ekonomi utama, IMF memperkirakan tahun ini produk domestik bruto global akan menyusut hingga 3 persen tahun ini, turun dari ekspansi 3,3 persen yang diperkirakan pada Januari silam.
Jika dibandingkan dengan proyeksi tersebut, kontraksi 0,1 persen dalam PDB global pada 2009 menjadi taka da apa-apanya. Proyeksi IMF ini juga kemungkinan akan menandai penurunan terdalam sejak Great Depression hampir seabad lalu.