Bisnis.com, JAKARTA – Anjuran isolasi mandiri bagi masyarakat Indonesia diprediksi tidak akan efektif menurunkan potensi penularan virus corona atau COVID-19.
Menurut Monica Nirmala, Fulbright Scholar, MPH Global Health 2020 Harvard University dalam paparan berjudul “Redam COVID-19: Deteksi Skala Besar & Karantina Terpusat Memisahkan yang Sakit dari yang Sehat”, isolasi mandiri di rumah masing-masing sulit untuk meredam penularan COVID-19 di Indonesia.
Monica beralasan, pemukiman di Indonesia padat penduduk. Kedua, bercampurnya orang muda yang potensial pembawa virus yang tinggal dengan orang tua dan kakek nenek atau kelompok rentan.
“Isolasi mandiri bersifat sukarela atau voluntary yang memungkinkan kasus dan suspek tetap dapat berjalan-jalan dan menularkan ke masyarakat umum,” jelas Monica, dikutip Selasa (14/4/2020).
Seperti diketahui, sejumlah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sudah dijalankan, khususnya di daerah dengan jumlah pasien yang tinggi. Total kasus tercatat sudah mencapai 4.557 kasus, dengan jumlah kematian mencapai 399 orang dan pasien sembuh mencapai 380 orang.
Berkaca dari sejumlah kebijakan itu, alumni Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 2006 ini memerinci, perlu ada intervensi di “hulu” untuk meredam penularan Covid-19. Caranya di Indonesia harus dilakukan dengan agresif dan dalam skala besar.
Dia menilai, Indonesia perlu mempertimbangkan intervensi dengan prinsip memisahkan yang sakit dari yang sehat dengan cara Karantina Terpusat.
Secara umum, konsep karantina terpusat adalah merawat pasien positif, suspek, dan kontak erat di fasilitas pemerintah dengan menyediakan layanan kesehatan. Tujuannya agar orang yang infeksius tidak menularkan kepada yang sehat, dan pasien mendapatkan perawatan dini sehingga dapat langsung ditangani jika kondisi pasien mengalami perburukan.
Menurut Monica, karantina terpusat di fasilitas pemerintah bagi kasus dan suspek Covid-19 penting untuk mencegah penularan di dalam rumah. Misalnya saja negara China, Korea Selatan, Singapura, dan Australia menerapkan sistem karantina terpusat di fasilitas yang disediakan pemerintah bagi kasus dan suspek Covid-19 untuk mencegah penularan di dalam rumah.
“Di Wuhan, karantina terpusat terbukti berhasil menurunkan laju transmisi hingga angka reproduksi virus (R) di bawah 1. Bahkan, tanpa menerapkan lockdown, Korsel dan Singapura dapat mengendalikan transmisi dengan pemeriksaan diagnostik skala besar yang diikuti dengan karantina terpusat dan sistematis,” pungkasnya.