Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kehancuran Ekonomi AS akibat Corona Bisa Dihindari, Bagaimana Caranya?

Karena pandemi corona, gambaran efek terhadap ekonomi AS antara lain kegiatan usaha, pasar tenaga kerja hancur, pendapatan ambles, dan tabungan hilang.
Seorang pria mengenakan masker di Times Square, New York./Bloomberg-John Nacion/STAR MAX/IPx via AP Photo
Seorang pria mengenakan masker di Times Square, New York./Bloomberg-John Nacion/STAR MAX/IPx via AP Photo

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Amerika Serikat dinilai berpotensi jatuh ke jurang kehancuran seiring dengan pesatnya pertambahan pengangguran di sana. Namun, diperkirakan masih ada satu cara untuk menghindari kemungkinan terburuk itu terjadi.

Ekonom dan Pendiri Eudaimonia & Co Umair Haque mengatakan bahwa virus corona menjadi momok dan penghancur ekonomi modern. Menurutnya, sedemikian hebatnya daya hancur virus corona benar-benar tak pernah diperkirakan dunia modern sebelumnya.

“Bahkan dampaknya tidak seperti perang, bencana alam, ataupun krisis finansial. Saat ekonomi turun 25 persen secara tiba-tiba, ireversibel, bersifat jangka panjang, dan diikuti peningkatan pengangguran, ekonomi boleh dikatakan telah selesai,” jelasnya seperti dikutip dari eand.co, Jumat (10/4/2020).

Menurutnya, angka penurunan sekitar 25 persen dari total ekonomi AS yang bernilai US$20 triliun per tahun menggambarkan implikasi yang sangat dahsyat.

Kegiatan usaha berhenti, pasar tenaga kerja hancur dan tak akan kembali, pendapatan ambles dan tabungan hilang, adalah gambaran dampaknya ke depan bagi seluruh warga AS.

Dalam skenario yang buruk itu, dia memperkirakan kehancuran ekonomi juga akan diikuti oleh kehancuran demokrasi. Kehancuran ekonomi dinilai sebagai era berakhirnya dunia modern, kultur, politik yang sudah mengakar di masyarakat selama ini.

Dia cukup meyakini proyeksinya tentang kehancuran ekonomi AS setelah melihat stimulus yang diberikan. Menurutya, stimulus yang diberikan paling banter hanya mampu memperpanjang nafas ekonomi hingga 1—2 pekan. Padahal, virus ini bisa menghentikan ekonomi hingga berbulan-bulan.

Meski begitu, dia mengatakan bahwa skenario buruk ini masih bisa dihindari. Caranya adalah memastikan stimulus terus diberikan untuk menopang ekonomi. Artinya, bukan hanya untuk 1—2 pekan saja, tetapi hingga berbulan-bulan selama virus corona masih menjadi horor nyata.

Pemerintah Negeri Paman Sam perlu memberikan pinjaman atau utang kepada masyarakatnya sendiri. Dalam kondisi ini, menurutnya, uang hanyalah fiksi sosial. Pemerintah perlu terus mencetak cek untuk memastikan kelangsungan ekonomi AS.

Menurutnya langkah ini sangat mungkin dilakukan, karena pada dasarnya, masyarakat dan dunia usaha hanya berutang kepada pemerintah. Dalam arti lain, AS hanya berutang kepada dirinya sendiri.

Dengan cara ini, lanjutnya, sangat mungkin setelah pandemi berakhir Bank Sentral kemudian menghapuskan utang-utang yang dihasilkan untuk membiayai ekonomi tetap berjalan.

“Anggap saja seperti mengisi lubang. Virus corona telah merobek jantung ekonomi. Pemerintah harus mengisinya, entah dengan meminjam benang, membeli jarum, dan mempekerjakan orang untuk menjahit dan menjahit - atau seperti lubang di kain,” jelasnya.

Menurutnya langkah ini sangat penting untuk dilakukan saat ini, sesegera mungkin. Sebab, jika tidak dilakukan maka negara tersebut tidak akan memiliki ekonomi sama sekali untuk dipertahankan ke depannya. Deflasi besar-besaran adalah keniscayaan setelah peningkatan pengangguran.

Uang tak lagi hanya diartikan sebagai alat tukar. Uang adalah fiksi sosial, barang publik, yang penggunaannya harus dimaksimalkan dan diperluas secara radikal dan dramatis.

Dia menyebut langkah ini sebagai investasi berskala besar untuk menyelamatkan jiwa manusia dan menyelamatkan dunia sosial. Saat ini menurutnya adalah momen yang tepat untuk masyarakat masuk ke dalam utang besar-besaran, investasi besar-besaran, untuk mempertahankan ekonominya.

Dalam falsafah ekonomi, kapitalisme memang telah meyakinkan dunia bahwa utang adalah hal yang menakutkan. Padalah, menurutnya utang, kredit, uang, ataupun finansial hanyalah bagian dari konstruksi sosial belaka.

Pemerintah perlu meminjam sumber daya secara artifisial dari dirinya sendiri, untuk masa depan semua orang, hari ini juga. Kalaulah tidak demikian, maka menurutnya masyarakat dan pemerintah perlu bersiap-siap tidak lagi memiliki hari esok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper