Bisnis.com, JAKARTA - Angka kematian di Amerika Serikat (AS) akibat wabah Covid-19 mencapai 10.000 orang hingga kemarin, menurut data statistik Universitas Johns Hopkins.
AS memiliki jumlah kematian tertinggi ketiga yang dilaporkan dari penyakit itu di dunia, hanya dilampaui oleh Italia dengan 15.887 dan Spanyol dengan 13.055.
Pakar medis di Gedung Putih memperkirakan bahwa antara 100.000 hingga 240.000 orang AS dapat meninggal akibat Covid-19, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona baru sekalipun jika perintah sweeping untuk tinggal di rumah diikuti.
AS telah memasuki apa yang oleh seorang pejabat sebut "minggu kematian puncak", sementara sebuah laporan pengawas mengatakan rumah sakit sedang berjuang untuk mempertahankan dan memperluas kapasitas untuk merawat pasien yang terinfeksi.
"Ini akan menjadi puncak rawat inap, puncak ICU [unit perawatan intensif] sekaligus minggu kematian puncak," ujar Laksamana Brett Giroir, seorang dokter dan anggota satuan tugas virus corona Gedung Putih seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (7/4/2020).
Dia memberi alarm khusus untuk negara bagian New York, New Jersey, Connecticut dan kota Detroit, Michigan.
Baca Juga
Secara terpisah, pada program NBC's Today, Giroir mengatakan: "Apakah Anda tinggal di kota kecil Amerika Serikat atau Anda tinggal di Big Apple, semua orang rentan terhadap hal ini dan semua orang harus mengikuti tindakan pencegahan yang telah kami buat."
Lebih dari 90 persen orang Amerika Serikat berada di bawah perintah tetap di rumah yang dikeluarkan oleh gubernur negara bagian, sementara delapan negara bagiian masih bertahan tidak memberlakukannya.
Sebelumnya Antara melaporkan banyak korban virus corona di New York meninggal sendirian. Hal itu terjadi setelah staf medis melarang kerabat untuk bersama mereka di saat-saat terakhir.
Langkah itu dilakukan karena takut penyebaran lebih luas dari virus mematikan itu.