Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat terancam tidak mendapatkan pasokan hydroxychloroquine dari India. Pasalnya, Negeri Bollywood itu menyetop semua ekspor obat malaria yang disebut mampu menyembuhkan pasien yang tertular virus corona atau Covid-19.
Berdasarkan data yang dikompilasi dari Bloomberg Intelligence, Senin (6/4/2020), 47 persen pasokan obat tersebut didapat dari India. Hanya beberapa perusahaan yang masuk 10 besar bukan berasal dari India. Salah satunya Actavis.
Actavis merupakan anak usaha dari perusahaan asal Israel Teva Pharmaceutical Industries Ltd. Sayangnya, beberapa pabrik Actavis juga berlokasi di India.
Larangan ekspor obat tersebut merupakan langkah India untuk mengamankan kepentingan nasional, setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berkoar bahwa hydroxychloroquine dapat mengobati Covid-19.
Seiring dengan semakin menyebarnya wabah virus corona, semua negara berkompetisi untuk mengamankan komoditas yang dimilikinya misalnya Vietnam yang melarang ekspor beras dan Jerman yang melarang ekspor masker.
Sebelumnya, Trump mengklaim telah mengamankan pasokan 29 juta choloroquine atau hydroxychloroquine untuk kepentingan pengobatan pasien yang tertular Covid-19.
Baca Juga
Produsen obat AS, Mylan NV mulai memproduksi obat-obatan tersebut untuk kebutuhan AS. Kendati demikian, larangan ekspor obat dari India tampaknya akan memacu harga dalam jangka pendek sekaligus membatasi pasokan dalam jangka panjang.
Sayangnya, Mylan pun diprediksi akan kesulitan memproduksi obat-obatan tersebut karena bahan baku kimia juga disuplai dari India dan sekarang ekspornya dilarang.
Hingga saat ini, pasokan hydroxychloroquine ke AS disuplai oleh Zydus Pharmaceuticals Inc., anak usaha dari Cadila Healthcare Ltd. yang berlokasi di Ahmedabad. Data Bloomberg menunjukkan perusahaan ini menjual 167 juta obat anti malaria pada 2019 dan menyuplai 28 juta obat ke ritel dan institusi kesehatan di AS.