Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi corona atau Covid-19 memukul perekonomian dan pasar modal di seluruh dunia. Namun, nasib berbeda dialami perusahaan produsen alat bantu pernafasan atau ventilator.
Melansir Bloomberg, Jumat (3/4/2020), saham produsen ventilator Shenzhen Mindray Bio-Medical Electronics Co melonjak 40 persen, ditopang oleh permintaan yang tinggi akan alat bantu pernafasan tersebut.
Pasalnya, pandemi corona yang menyerang paru-paru membuat rumah sakit kebanjiran pasien dengan keluhan kesulitan pernafasan, sehingga banyak di antara mereka yang membutuhkan ventilator.
Bloomberg Billionaires Index mencatat kenaikan signifikan saham Mindray membuat kekayaan bersih Li Xiting, CEO Mindray sekaligus orang terkaya di Singapura, bertambah sekitar US$3,5 miliar. Ini kemudian menempatkan Li sebagai salah satu dari 5 orang terkaya dunia, bersama CEO Amazon Jeff Bezos dan CEO Microsoft Bill Gates.
Board Secretary Mindray Li Wenmei mengatakan krisis kesehatan global saat ini membuat hampir seluruh fasilitas kesehatan di dunia kekurangan ventilator, padahal alat itu tersebut krusial untuk menjaga keberlangsungan hidup pasien.
“Permintaan global setidaknya 10 kali lipat dari apa yang tersedia di rumah sakit,” ujarnya seperti dikutip Bisnis dari Bloomberg, Jumat (3/4/2020)
Baca Juga
Sebagai contoh, Gubernur New York Andre Cuomo menyebut jumlah ventilator di New York diperkirakan hanya cukup mengakomodasi hingga enam hari lagi dari kehabisan pasokan. Di Amerika Serikat sendiri, corona telah menyebar dengan cepat bahkan Presiden Trump menyebut bisa terjadi kematian hingga 100.000 kasus.
Di sisi lain perusahaan-perusahaan seperti Ford Motor Co.dan General Motors Co. juga terus meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan akan ventilator.
The Society of Critical Care Medicine memperkirakan bahwa sekitar 960.000 pasien akan membutuhkan alat bantu pernafasan tersebut, sedangkan ventilator yang dimiliki oleh Negera Paman Sam hanya sekitar 200.000 buah.
Di Italia, sebagai negara dengan jumlah kematian terbanyak, kekurangan ventilator yang yang parah memaksa dokter-dokter di sana melakukan triage atau memprioritaskan penggunaan alat pada pasien yang punya harapan hidup lebih tinggi.
Adapun, sampai akhir bulan lalu ventilator Mindray sebenarnya tak memiliki lisensi dari Badan Administrasi Makanan dan Obat (Food and Drug Administration US), tapi akhirnya dibuatlah aturan darurat yang memperbolehkan produk Mindray digunakan di AS.
Analis Citic Securities Co. Tian Jiaqiang menyebut langkah itu sebagai salah satu faktor yang meningkatkan prospek perusahaan yang memiliki kapasitas produksi 3.000 ventilator dalam sebulan tersebut.
“Dengan keluarnya peraturan tersebut memberikan peluang bagi produk ventilator China untuk memasuki pasar A.S. dengan cepat," ujarnya.
Namun, Mindray bukanlah satu-satunya produsen asal China yang menghasilkan ventilator. Setidaknya ada beberapa perusahaan lainnya seperti Beijing Aeonmed Co. dan Jiangsu Yuyue Medical Equipment & Supply Co yang mendapat izin serupa.
Analis Bloomberg Intelligence Nikkie Liu mengatakan perusahaan asal China seperti Mindray berpotensi untuk memperluas pangsa pasarnya, meski dalam industri yang sama telah dikuasai raksasa produsen alat medis seperti Medtronic Plc yang berbasis di Dublin
"Produk-produknya dapat memasuki pasar seperti Eropa dan Hong Kong, sehingga dia akan memiliki rekam jejak yang sangat baik, dengan” katanya.
Dalam pengajuan pendapatan pada 1 April, Mindray mengatakan pesanan dari Eropa terutama telah meningkat secara dramatis. Adapun Italia menjadi pembeli paling besar dengan pesanan hampir 10.000 unit peralatan termasuk ventilator dan monitor.