Bisnis.com, JAKARTA - Gejolak pasar terus menekan berbagai lembaga keuangan, termasuk industri asuransi. Di Korea Selatan, industri ini menjadi salah satu yang mengalami dampak paling parah.
Seperti dilansir dari Bloomberg, saham perusahaan asuransi jiwa terbesar kedua di negara tersebut, Hanwha Life Insurance Co terdampar di level “penny stock” alias saham gocap pada pekan lalu.
Tercatat, saham Hanwha Life Insurance Co telah jatuh 64 persen selama setahun terakhir dan per per 23 Maret lalu sahamnya menyentuh nilai setara dengan sekitar 71 sen.
Adapun price to book value Hanwha kini hanya 0,1 kali, sebagian kecil dari 0,8 rata-rata untuk perusahaan asuransi Eropa atau 0,9 di antara mitra AS, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Gejolak pasar yang terjadi belakangan ini membuat won Korea jatuh dan kian menyulitkan investasi yang dilakukan Hanwha di pasar global. Perusahaan ini tercatat menginvestasikan 29 persen dari total asetnya senilai 121 triliun won.
Namun, investasi tersebut tak berjalan lancar dan malah membukukan kerugian bersih sebesar 39,7 miliar won pada kuartal keempat 2019. Capaian tersebut menjadi yang paling parah sejak sembilan tahun terakhir.
Dua dekade lalu, Hanwha dan perusahaan afiliasinya menjual sejumlah produk jangka panjang dengan suku bunga tetap kepada investor ritel. Produk itu kini terlalu mahal untuk dipertahankan.
Senior Research Korea Insurance Research Institute Im Joon-hwan mengatakan kinerja buruk Hanwha dibandingkan pemain lain di industrinya adalah karena kegagalan investasi di luar negeri membuat kerugian besar di mata uang asing.
“Tidaklah murah bagi perusahaan asuransi Korea untuk melakukan hedging dengan mata uang negaranya di pasar mata uang asing. Sulit untuk menemukan orang yang pandai melakukan perlindungan terhadap nilai mata uang,” ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (30/3/2020)
Dalam laporan keuangan tahun 2019 yang dirilis awal bulan ini, Hanwha mengatakan bahwa pihaknya berupaya meminimalisasi risiko dari ketidaksesuaian antara produk asuransi dan portofolio investasi.
“Ini meningkatkan aset jangka panjang seperti obligasi pemerintah Korea dan mengelola penjualan produk dengan kurs mengambang. Perusahaan juga memiliki komite manajemen risiko yang mengawasi strategi manajemen aset-liabilitas,” demikian tulis Hanwha.