Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inggris Perkirakan Butuh 6 Bulan Hingga Kehidupan Normal Kembali

Inggris tengah menerapkan lockdown dalam upaya mencegah perluasan penyebaran virus corona.
Sebuah pesan mengingatkan orang-orang untuk menjaga jarak dengan sesama, ditulis di aspal jalan di luar sebuah pub di London, Inggris, Jumat (27/3/2020)./Bloomberg-Hollie Adams
Sebuah pesan mengingatkan orang-orang untuk menjaga jarak dengan sesama, ditulis di aspal jalan di luar sebuah pub di London, Inggris, Jumat (27/3/2020)./Bloomberg-Hollie Adams

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Inggris menyatakan kehidupan normal kemungkinan baru bisa dirasakan kembali di negara itu dalam waktu 6 bulan ke depan, seiring dengan belum berlalunya pandemi virus corona.

Deputi Kepala Staf Medis Inggris Jenny Harries mengatakan pemerintah akan mengkaji kembali kebijakan lockdown. Namun, dia mengingatkan hal ini bukan berarti masyarakat bisa langsung kembali menerapkan gaya hidup yang sama dengan sebelum berlangsungnya wabah virus corona.

"Jika kita berhenti, maka seluruh upaya kita akan sia-sia dan kita berpotensi melihat puncak [kasus] kedua. Jadi, mungkin setelah lewat 6 bulan, kita akan melakukan kajian 3 pekan. Kita lihat ke mana arahnya menuju," paparnya seperti dilansir BBC, Minggu (29/3/2020) waktu setempat.

Seperti diketahui, Inggris menerapkan lockdown sejak Rabu (25/3).

Harries melanjutkan pihaknya memerkirakan angka kematian akibat COVID-19 mengalami kenaikan dalam beberapa pekan ke depan, sebelum menunjukkan penurunan.

Sementara itu, Menteri Perumahan Robert Jenrick menyampaikan Inggris sedang berada dalam kondisi darurat yang tak terbayangkan sebelumnya dalam keadaan tanpa perang. Dia mengungkapkan ada tim khusus yang bertugas mengirim Alat Pelindung Diri (APD) kepada tim medis yang bekerja melawan COVID-19.

Sekitar 170 juta masker dan hampir 10 juta perlengkapan kebersihan termasuk di dalam barang-barang yang dikirim kepada tim medis di lapangan.

"Kita belum pernah melakukan hal seperti ini sejak Perang Dunia II," tambah Jenrick.

Mengacu ke data Johns Hopkins CSSE, yang mengumpulkan data dari World Health Organization (WHO), Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS, dan komisi kesehatan China, per Senin (30/3) pukul 01.06 WIB, Inggris menjadi negara dengan jumlah kasus positif COVID-19 tertinggi kedelapan di dunia dengan 19.772 kasus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : BBC
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper