Bisnis.com, JAKARTA – Pabrik-Pabrik di China telah bekerja selama 24 jam sehari sejak 20 Januari lalu untuk memenuhi kebutuhan pasokan alat ventilator ke berbagai negara yang mengalami peningkatan jumlah kasus corona COVID-19.
Setelah memenuhi kebutuhan di negaranya sendiri dua minggu lalu, lini pabrik di China kini telah bekerja secara teratur berdasarkan pesanan luar negeri untuk perangkat ventilator yang merupakan bagian penting dalam penindakan kasus virus corona baru.
Dilaporkan bahwa pabrik-pabrik itu menggunakan skena tiga shift serta staf penelitian dan pengembangan yang diturunkan ke lini produksi. Mesin-mesin perusahaan terus beroperasi tanpa henti untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
“Secara harfiah tidak ada negara di dunia yang tidak ingin membeli ventilator dari China sekarang. Kami memiliki puluhan ribu pesanan menunggu. Masalahnya adalah seberapa cepat kita bisa membuatnya,” kata Li Kai, Direktur Beijing Aeonmed, salah satu produsen peralatan medis di China.
Ketika jumlah kematian global akibat virus corona telah melewati angka 16.000 dan penyebarannya di berbagai negara terus meningkat dari hari ke hari. Dokter dari rumah sakit di berbagai wilayah seperti Milan dan New York mati-matian mencari ventilator.
Dalam kasus yang parah, ketersediaan ventilator yang membantu pasien COVID-19 bernapas dapat menentukan pakah dia hidup atau mati. Akhir pekan lalu, Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan negara bagiannya memiliki sekitar 6.000 ventilator sementara kebutuhannya mencapai 30.000 unit.
Secara keseluruhan di Amerika Serikat, Society of Ctirical Care Medicine memperkirakan bahwa 960.000 pasien akan membutuhkan dukungan ventilator karena penyebaran COVID-19, akan tetapi negara adidaya itu hanya memiliki sekitar 200.00 unit saja.
Begitu pula dengan negara Italia, yang kini merupakan negara dengan jumlah kasus kematian terbanyak akibat pandemi corona baru ini. Mereka kekurangan ventilator dalam kondisi yang parah, memaksa dokter melakukan triasi terhadap pasien.
Perebutan pasokan medis yang langka datang ketika China dan Amerika Serikat mencoba menangkis kesahalan atas penanganan penyakit mereka. China telah berusaha untuk mendapatkan kembali peran kepemimpinan internasional setelah kasus penyebaran yang memaksanya menutup diri selama beberapa waktu.
Negari Tirai Bambu itu telah berusaha untuk menjadi penyelemat di daratan Eropa dalam perang melawan pandemi COVID-19 ini, dengan menyediakan masker dan persediaan peralatan medis lainnya di kawasan tersebut.
Namun demikian, untuk perusahaan seperti Beijing Aeonmed, bisnis ini makin meraung ketika pesanan mengalir dari puluhan negara. Banyak di antaranya bahwa menyewa pesawat atau menggunakan pesawat militer untuk membawa alat.
“Semua pabrik ventilator di China telah mencapai kapasitas maksimumnya. Sepenuhnya dipenuhi oleh permintaan asing,” kata Wu Chuanpu, Direktur Rantai Pasok Vedeng.com, salah satu platform dagang medis terkemuka di China.
Chuanpu mengatakan bahwa pabrik-pabrik ventilator saat ini memiliki pesanan dalam kapasitas penuh hingga Mei mendatang. Vedeng masih mendapatkan lebih dari 60 hingga 70 pesanan baru setiap harinya, masing-masing meminta ratusan hingga ribuan unit.
Permintaa ventilator yang begitu besar, termasuk dari Amerika Serikat sebagai negara yang terserang COVID-19 cukup parah, membuat Presiden Donald Trup memberikan lampu hijau kepada produsen mobil untuk mengkonfigurasi pabrik mereka untuk membuat ventilator.
Dalam cuitannya di media sosial Twitter, Trump menyebut bahwa Ford Motor Co, General Motors Co, dan Tesla Inc telah diizinkan untuk membuat alat ventilator.
Namun, tidak seperti masker wajah atau termometer yang bisa dibuat dengan kapasitas produksi tinggi, Chuanpu menyebut bahwa produksi ventilator memiliki tantangan produksi yang lebih tinggi sehingga ekspansi produksinya tidak bisa berjalan cepat.
“Perluasan jalur produksi sangat memakan waktu dan sumber daya intensif. Ini juga melibatkan pelatihan personil. Itu terlalu rumit,” tandasnya.
Peningkatan dramatis dalam pemintaaan alat ini sangat kontras dengan kebutuhan mereka di masa-masa normal atau non-pandemi. Biasanya, rumah sakit memiliki beberapa lusin mesin yang hanya diperlukan untuk kasus-kasus kritis.
Akan tetapi, saat ini rumah sakit membutuhkan ventilator untuk setiap tempat tidur di unit perawatan intensif mereka masing-masing.
Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China mengatakan pada awal bulan ini bahwa pabrikan utama di negaranya telah mengirimkan sekitar 14.000 ventilator non-invasif dan 2.900 ventilator invasif ke Hubei. Angka ini sebanding dengan pemintaan nasional untuk ventilator pada 2018 yakni sebesar 14.700 unit.
Berdasarkan analisis Bloomberg Intelligence Nikkie Lu, China diprediksi mampu memasok setidaknya 14.000 ventilator non-invasif pada bulan April mendatang. Dia memperkirakan nilai kolektif mesin-mesin ini mencapai angka US$100 juta hingga US$300 juta.
Sementara itu, Beijing Aeonmed berharap bisa melakukan penjualan beberapa kali lipa lebih banyak dari tahun lalu, “Edpidemi bukan masalah satu negara. Pertarungan global melawan pandemi adalah ujian kecepatan dan kualitas buatan China,” kata Chuanpu.