Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rapid Test Dinilai Belum Jamin Akurasi Terpaan COVID-19

Polymerase Chain Reaction, pemeriksaan spesimen dari swab tenggorokan dan mulut dapat lebih akurat mengetahui DNA virus dalam tubuh.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto memberikan keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (19/3/2020). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto memberikan keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (19/3/2020). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA – Peneliti bioteknologi dari A-Star Singapura, Samira Husen Alamudi menyatakan rapid test sebagai alat deteksi dini COVID-19 atau virus corona belum tentu akurat menjamin keberadaan virus di dalam tubuh.

“Rapid test itu mendeteksi antibodi dalam tubuh, bukan mendeteksi virus. Alat ini merespon tubuh setelah 7 sampai 10 hari terpapar virus,” ungkapnya melalui wawancara di radio MNC Trijaya, Sabtu (21/3/2020).

Dibanding rapid test, menurutnya PCR atau Polymerase Chain Reaction yakni pemeriksaan spesimen dari swab tenggorokan dan mulut dapat lebih akurat mengetahui DNA virus dalam tubuh.

“Rapid test bagusnya simpel, bisa dibaca 10 sampai 15 menit seperti halnya test pack untuk kehamilan. Perlu digarisbawahi, untuk rapid test jika hasil negatif berarti belum tentu tidak terpapar,” imbuhnya.

Meski begitu, dalam situasi saat ini, alat tersebut efektif untuk mendeteksi imunitas dalam tubuh seseorang. Namun bukan sebagai hasil diagnosis, karena tesnya cenderung lebih ke arah screening. Samira mengatakan melalui informasi yang beredar, perusahaan komersial menjual 20 alat rapid test tersebut dengan kisaran harga US$2.000.

“Saya mengimbau, orang-orang untuk let’s do our part. Kita mencegah dengan menjaga kebersihan, rajin cuci tangan dan melakukan social distancing,” katanya.

Seperti yang diketahui, pemerintah melalui BUMN farmasi sudah melakukan importasi rapid test dari China dan Korea Selatan. Uji tes ini dilaporkan sudah dilakukan sejak Jumat (20/3/2020) di wilayah Jakarta Selatan.

Sebelumnya, Juru Bicara penanganan Covid-19 untuk Indonesia Achmad Yurianto mengatakan pemeriksaan massal adalah upaya pengecekan awal kepada masyarakat rentan terjangkit Corona. Jumlahnya, ujar Yuri, sekitar 600.000 sampai 700.000 orang.

Pemerintah menyediakan 1 juta kit untuk memeriksa pasien secara massal. Langkah ini dilakukan melalui analisa risiko, sehingga hanya masyarakat berisiko tinggi yang akan diperiksa.

Masyarakat juga akan dilihat aktivitas selama 14 hari terakhir untuk diketahui tingkatan risikonya.

“Apabila dia berada di rumah maka seluruh rumah akan diperiksa. Apabila dia pernah melakukan aktivitas di kantor maka orang di kantor, di ruang kerja itu akan kita periksa. Ini adalah langkah penjajakan awal di dalam kaitan dengan pemeriksaan massal,” kata Yuri di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (20/3/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper