Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendakian Everest Ditutup, Pariwisata Nepal Merosot Tajam

Kegiatan trekking dan pendakian adalah sumber pendapatan vital bagi salah satu negara termiskin di Asia itu. Hampir 1,2 juta wisatawan mengunjungi Nepal pada tahun 2018, membawa pendapatan lebih dari 570 juta poundsterling.
Menuju Gunung Everest dari Nepal/iciclesadventuretreks.com
Menuju Gunung Everest dari Nepal/iciclesadventuretreks.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pekan lalu pemerintah Nepal mengeluarkan kebijakan untuk membatalkan semua izin trekking dan pendakian serta menutup layanan visa kedatangan bagi para wisatawan.

Keputusan untuk menghadapi pandemi virus corona ini telah membuat arus turis terhenti secara tiba-tiba.

“Kami biasa menangani hingga 60 penerbangan sehari di musim puncak dan ada dua kali lebih banyak [pendaratan] helikopter. Sekarang tidak sampai 10-12 pesawat," kata Kepala Bandara Lukla Emanath Adhikari, seperti dikutip melalui The Guardian, Kamis (19/3).

Kegiatan trekking dan pendakian adalah sumber pendapatan vital bagi salah satu negara termiskin di Asia itu. Hampir 1,2 juta wisatawan mengunjungi Nepal pada tahun 2018, membawa pendapatan lebih dari 570 juta poundsterling.

Menurut World Tourism and Travel Council, industri pariwisata Nepal juga memberikan lebih dari satu juta lapangan pekerjaan. Kebijakan pemerintah untuk menutup akses pendakian Gunung Everest didukung oleh tokoh-tokoh terkemukan di industri pariwisata Nepal.

Direktur Seven Summit Treks Mingma Sherpa, salah satu perusahaan ekspedisi di Nepal, mengatakan tidak diragukan bisnis pariwisata akan menderita.

"Namun siapa yang akan bertanggung jawab jika virus menyebar di gunung? Gunung tidak akan bergerak kemana-mana. Orang-orang bisa datang dan mendaki tahun depan," ujarnya.

Meski demikian, mereka yang mencari nafkah di sepanjang rute trekking utama mulai dari portir, pemandu dan pemilik guesthouse, mengutarakan keputusan itu datang sebagai pukulan yang sangat keras.

Pengelola Hiker's Inn di Lukla, Tshiring Sherpa, kini memiliki stok berbagai produk yang dikumpulkan sejak beberapa waktu lalu karena lokasi yang sulit dijangkau dan biaya logistik yang mahal.

Pada bulan Januari, pemerintah setempat meluncurkan kampanye Visit Nepal 2020, berharap dapat menarik dua juta pengunjung, tetapi program itu juga telah ditangguhkan.

Krisis juga telah melanda ibu kota, Kathmandu. Distrik turis seperti Thamel yang biasanya penuh sesak kini sangat sepi. Dengan begitu banyak bisnis yang bergantung pada pariwisata, dampak kebijakan ini sangat luar biasa.

Direktur Social Tours Raj Gyawali mengatakan langkah ini diambil karena kapasitas Nepal untuk menghadapi krisis sangat rendah.

"Jadi saya pikir apa yang dilakukan pemerintah mungkin pada akhirnya akan dilihat secara positif. Waktu akan menjawab," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper