Bisnis.com, JAKARTA - Gedung Putih mengakui bahwa langkah agresif Presiden Amerika Serikat Donald Trump tahun lalu memicu perlambatan ekonomi dan investasi.
“Ketidakpastian ini utamanya disebabkan oleh negosiasi dagang yang telah menekan investasi,” kata Kepala Ekonom Trump, Tomas Philipson seperti dilansir Bloomberg, Kamis (20/2/2020).
Pernyataan Philipson tersebut kontras dengan yang selama ini diutarakan Trump bahwa langkahnya menaikkan bea impor untuk China tidak melukai ekonomi AS, malah sebaliknya memacu pendapatan pajak negara ini.
Kendati demikian, ketidakpastian akibat perang dagang antara AS dan China jarang disebutkan dalam laporan ekonomi setebal 435 halaman ini. Laporan ekonomi ini menyebutkan pemerintah telah memacu pertumbuhan ekonomi yang ekspansif sehingga menguntungkan masyarakat AS.
Sayangnya, dia tidak menjelaskan lebih detail sejauh mana perang dagang mempengaruhi ketidakpastian ekonomi di AS.
Philipson mengarisbawahi laporan the Fed yang memperkirakan perang dagang berpeluang memangkas pertumbuhan product domestic bruto hingga 1 persen, dan berdalih bahwa estimasi tersebut masih bisa dibantah. Ekonomi AS tercatat tumbuh 2,3 persen tahun lalu, setelah sempat tumbuh 2,9 persen pada 2018.
Baca Juga
“Ketidakpastian seringkali diyakini sebagai penyebab perlambatan industri manufaktur. Namun, perlambatan manufaktur sebelumnya sudah diprediksi, yang perlambatannya sejalan dengan perdagangan,” jelasnya dalam laporan itu.
Philipson pun mengemukakan bahwa ketidakpastian bukanlah satu-satunya faktor di balik perlambatan ekonomi, tetapi juga tren perlambatan di sejumlah negara misalnya Eropa dan China.