Bisnis.com, JAKARTA - Belum lama ini Polda Metro Jaya mengungkap kasus pembobolan dana milik wartawan senior Ilham Bintang. Terungkapnya kasus tersebut membuat publik heboh.
Modus baru pembobolan rekening nasabah yang menggondol dana hingga Rp300 juta itu heboh karena dilakukan secara rapi sebelum akhirnya komplotan penjahat ditangkap.
Cukup rapi karena penjahat memanfaatkan operator seluler untuk melakukan aksinya. Dengan berbekal data yang diperoleh dari Sistem Layanan Informasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan.
Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN, ikut angkat bicara mengenai kejadian yang menimpa koleganya tersebut. Dahlan mengulas masalah Ilham Bintang dalam blog pribadinya www.disway.id dengan judul Ilham Indosat berikut ini kutipan lengkapnya:
Kesetiaan Ilham Bintang pada Indosat begitu panjang. Tak tersangka hubungan itu berakhir dengan tragis: Ilham kehilangan uang ratusan juta rupiah
Waktu itu Via Vallen pun baru berumur tiga tahun. Kalau pun Via Vallen lari telanjang masih dianggap lucu. Iqbaal Ramadhan (Dilan) dan Vanesha Prescilla (Milea) baru akan lahir lima tahun kemudian. Ilham Bintang sudah menggunakan HP dengan kartu Indosat.
Bahkan nama kartu Indosat sendiri pun belum lahir di tahun 1994 itu.
Maka ketika di awal tahun 2020 terjadi peristiwa yang Anda sudah tahu itu rasanya menjadi lebih dramatik: nomor ponsel Indosat Ilham dibobol orang. Cara membobolnya pun Anda sudah tahu: begitu cerobohnya si Indosat.
Akhir tahun 2019 itu Ilham, Ketua Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat itu, ke Australia. Ingin menengok anak wanitanya yang kuliah S-2 di Melbourne.
Tapi Ilham mampir dulu ke Sydney. Empat hari. Setiap kali ke luar negeri Ilham mengambil pulsa telpon paket luar negeri. Kali ini ia ambil paket untuk dua minggu.
Tanggal 4 Januari 2020, ketika bangun tidur di Sydney, Ilham melihat sinyal Hp-nya SOS. Tidak ada sinyal sama sekali. ”Saya pikir network-nya lagi ada masalah,” ujar Ilham ketika ngobrol dengan saya kemarin. Ia tenang saja. Tidak ada kecurigaan apa-apa. ”Biasanya SOS begitu kan tidak lama,” tambah Ilham.
Ia pun sibuk menyiapkan diri ke bandara. Ia harus ke Melbourne dengan pesawat jam 7 pagi. Putrinya sudah menunggu di sana.
Ketika mendarat di Melbourne sinyal HP-nya masih SOS. Ilham masih belum memiliki kecurigaan soal pembajakan kartu Indosat-nya.
Sambil menunggu bagasi, Ilham ke konter ponsel. Ia membeli kartu lokal, Optus. Saya pun membeli kartu Optus saat berada di Darwin Australia di pekan yang sama.
Saat bertemu putrinya di terminal kedatangan Ilham sudah bisa menggunakan Optus. Ia tidak terlalu risau dengan sinyal ponselnya yang SOS.
Ilham sendiri sebenarnya mengharapkan agar putrinya liburan akhir tahun di Indonesia. Tapi sang putri pilih nyambi bekerja. Dia mengambil pekerjaan paro waktu di Melbourne. Gajinya mahal. Maklum di akhir tahun seperti itu banyak karyawan memilih libur.
Ketika Ilham tiba di Melbourne hari sudah Sabtu siang. Sang putri punya waktu menemani ayah ke shopping center. Ilham belanja barang senilai 44 dolar Australia. Tidak ada masalah dengan kartu kreditnya.
Tapi ketika tanggal 6 Januari ke ATM di Melbourne ia terkejut: saldonya NOL. Ia pun memotret layar ATM itu.
Sebelum itu ia sudah curiga. Yakni ketika ke salah satu shopping center. Dananya di bank dinyatakan tidak cukup. Ilham minta belanjanya dikurangi. Masih tidak cukup.
Mulailah Ilham curiga. Lalu Ilham minta dicoba untuk hanya menggunakan dana 20 dolar --terendah yang diperbolehkan di kartu kredit.
”Itu pun tidak ada dananya,” kata Ilham. ”Bukan tidak cukup lagi, tapi tidak ada dananya sama sekali,” tambahnya.
Sudah setahun saya tidak bertemu Ilham Bintang. Terakhir bertemu dengannya saat menghadiri pembukaan bisnis anaknya yang ketiga.
Ilham Bintang (berdiri berkumis) saat acara bisnis anak ketiganya tahun lalu.
Ilham punya empat anak. Salah satunya menjadi dokter kandungan (obgyn) yang beristri dokter juga. Sang anak kini punya klinik di beberapa lokasi utama di Jakarta.
Yang di Melbourne itu adalah satu-satunya anak wanita. Kuliah S-1 nya di Perth, Australia Barat. Dia mengambil jurusan arsitek. Lalu meneruskan kuliah desain di S-2 di Melbourne.
Ilham sendiri tetap wartawan. Ia merupakan salah satu wartawan senior yang tetap rajin menulis. Tulisan-tulisannya sering dikumpulkan dalam sebuah buku. Baru-baru ini ia menerbitkan bukunya yang ketujuh.
Kerajinannya menulis itu membuat kagum, pun di mata seorang Karni Ilyas nan ILC. Padahal, tulis Karni di salah satu dari tujuh buku itu, Ilham pernah hijrah dari wartawan tulis ke wartawan elektronik.
Yakni ketika Ilham membidani acara tv yang sangat legendaris: Cek & Ricek. Itulah acara pertama tentang dunia artis di televisi yang digarap secara jurnalistik.
Cek & Ricek terus mengudara di RCTI. Sejak Hary Tanoesoedibjo belum menjadi pemiliknya. Cek & Ricek termasuk acara tv terpanjang di jenisnya: 20 tahun.
Acara itu baru berhenti ketika Ilham tidak mau kompromi dengan pihak stasiun TV. Tapi ia tetap bergerak di dunia itu. Ia memiliki beberapa perusahaan produksi sinetron.
”Biasanya wartawan yang hijrah ke tv sudah tidak mau menulis lagi. Seperti saya ini,” ujar Karni.
Tapi Ilham tidak bisa disebut hijrah total. Ketika Cek & Ricek berusia 1 tahun Ilham menerbitkan tabloid cetak dengan nama yang sama. ”Itu gara-gara provokasi Chairul Tanjung,” ujar Ilham. Waktu itu Ilham naik pesawat bersama bos CT Corp itu. ”Kami masih sama-sama naik kelas ekonomi,” ujar Ilham sambil senyum.
Meski CT tidak jadi ikut saham Ilham tetap menerbitkan tabloid itu. Sukses. Oplahnya pernah mencapai 600.000 di masa jayanya. Ia pun masih sering menulis untuk tabloidnya itu.
Ia masih ingat edisi pertama Cek & Ricek. Artis yang tampil pertama adalah Yuni Shara dan Ayu Azhari. Yakni ketika Ayu baru menikah dengan orang bule. Si bule masuk Islam. Ayu berharap dengan kawin lelaki bule dia bisa lebih longgar dalam penampilan. ”Ternyata si bule mendalami Islam sungguh-sungguh. Justru Ayu diminta mengenakan jilbab,” ujar Ilham sambil tertawa. Tawanya lepas. Ciri khasnya sejak dulu.
Maka Ilham itu sebenarnya lengkap: wartawan tulis, wartawan film, dan wartawan pengusaha.
Mungkin ia mewarisi ayahnya: La Bintang. Yakni tokoh revolusi nasional di Makassar yang seniman cum pengusaha. Sang ayah menulis banyak sekali cerpen. Tapi juga jadi agen tunggal Toyota untuk seluruh Indonesia Timur.
”Beliau berkawan dengan sastrawan terkemuka Iwan Simatupang dan sutradara film terkemuka Usmar Ismail,” ujar Zainal Bintang, seniman film, kakak Ilham.
Maka uang hampir Rp 500 juta yang menjadi NOL itu bagi Ilham bisa dibilang besar dan tidak besar.
Ia mengirimkan foto layar ATM yang NOL rupiah tadi ke temannya di Jakarta. Untuk diurus mengapa begitu.
Ilham pun menghadapi dua front: Indosat dan bank.
Anehnya, uangnya yang di salah satu bank swasta besar di Indonesia aman. Demikian juga yang di salah satu bank dari Amerika. Tapi kok yang di Commonwealth Bank dan di bank BUMN bisa NOL.
Ilham tidak buru-buru pulang. Ia di Melbourne sesuai jadwal: pulang 14 Januari 2020.
Setiba di Jakarta barulah ia bergerak: mengurus kartu ponselnya. Anda pun sudah tahu ceritanya: ternyata ada orang yang datang ke kantor Indosat di Bintaro Jakarta.
Orang itu datang jam 9 malam. Tepat ketika kantor sudah akan tutup. Sesuai dengan rekaman CCTV orang itu masuk pintu lalu duduk di kursi tunggu. Petugas konter terlihat masih melayani orang lain. Tiga menit kemudian giliran ia bangkit dari kursi. Ia mengaku bernama Ilham Bintang. Lalu menyerahkan KTP ”Ilham Bintang”.
Saat itulah ”Ilham Bintang” palsu minta penggantian kartu ponsel atas namanya. Prosesnya tidak lama. Kurang dari lima menit selesai.
Dengan kartu baru itulah Ilham Bintang palsu menguras uang milik Ilham Bintang asli.
Dari penelusuran Ilham itu akhirnya ia mendapat tahu: petugas konter tidak melakukan prosedur yang seharusnya. Bahkan tidak ada formulir pergantian kartu yang diisi secara semestinya.
Pun petugas konter itu sendiri ternyata hanya berstatus tenaga outsourcing.
Polisi boleh dibilang hebat di kasus ini: komplotan itu berhasil digulung. Lima orang. Lengkap dengan sindikat pemalsu KTP. Bahkan mereka bisa mendapat data pribadi Ilham Bintang dari orang dalam OJK.
Ilham semangat sekali menelusuri kejadian ini. Terutama karena ini: ternyata banyak sekali yang nasibnya kurang lebih sama. Ia tidak lagi memerankan diri hanya sebagai pribadi pelanggan Indosat. Tapi sudah merasa mewakili perasaan umum.
Pihak Indosat sudah mengatakan akan mengganti uang Ilham yang hilang. Bahkan sudah mengisyaratkan lebih dari itu: memberikan semacam ganti materi untuk kerugian nonmateri.
Tapi Ilham tidak terlalu tergiur. Apalagi kalau disyaratkan harus mencabut pengaduan. Muncullah jiwa ”wartawan pejuang” di Ilham. Ia ingin apa yang menimpa dirinya tidak menimpa orang banyak.
Karena itu Ilham kini mempelajari berbagai peraturan perundangan di bidang telekomunikasi. Ia melihat begitu banyak lubang yang bisa merugikan masyarakat.
Ia masih akan melakukan berbagai langkah ke depan. Demi orang banyak itu.
Langkah apa?
"Nantilah kita ngobrol lagi," ujar Ilham.
Tentu saya senang menunggu obrolan lanjutan itu. Meski akan lebih senang bila bisa mengobrol soal pencurian produk nuklir menggemaskan itu. (dahlan iskan)