Bisnis.com, JAKARTA - Setelah konflik hampir dua tahun, Amerika Serikat dan China akhirnya menandatangani gencatan senjata perdagangan kemarin waktu setempat sehingga membuat kalangan pebisnis dunia lega.
Kesepakatan itu merupakan hadiah bagi Presiden AS Donald Trump yang tengah menghadapi sidang pemakzulan dan pertarungan pemilihan presiden pada akhir tahun ini. Trump menyebut perjanjian itu "sangat penting".
Akan tetapi, tarif impor senilai ratusan miliar dolar, atau dua pertiga dari nilai lebih dari US$500 miliar impor dari China, merugikan konsumen dan pebisnis bisnis Amerika Serikat.
Perjanjian "fase satu," termasuk janji dari China untuk meningkatkan pembelian produk pertanian Amerika dan ekspor lainnya selama dua tahun, memberikan beberapa perlindungan untuk teknologi AS.
Selain itu, juga disepakati mekanisme penegakan aturan baru yang memungkinkan Washington untuk dengan cepat menjatuhkan hukuman tanpa menunggu tanggapan dari Beijing.
"Hari ini, kami mengambil langkah penting, yang belum pernah dilakukan sebelumnya dengan China," yang akan memastikan "perdagangan yang adil dan timbal balik," kata Trump pada upacara penandatanganan di Gedung Putih seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (16/1).
"Bersama-sama, kita memperbaiki kesalahan masa lalu."
Pelonggaran gesekan perdagangan AS-China telah mendorong pergerakan pasar saham di seluruh dunia dalam beberapa pekan terakhir.
Pasalnya, hal itu menghilangkan ancaman tarif baru mulai sekarang, dan Wall Street mencapai rekor baru perdagngan setelah penandatanganan itu.
Trump juga berterima kasih kepada pemimpin China Xi Jinping dan mengatakan dia akan mengunjungi China dalam waktu dekat ini.
"Negosiasi sangat sulit bagi kami," kata Trump, tetapi telah ada terobosan yang sangat luar biasa ini. Akan tetapi Trump mengatakan akan menghapus tarif jika ada kesepakatan fase dua.
"Saya meninggalkannya. Kalau tidak, kita tidak punya kartu untuk dinegosiasikan," katanya.