Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa impor Indonesia masih lebih besar dari ekspor. Oleh karena itu, dia menegaskan ingin melakukan transformasi ekonomi.
Sudah bertahun-tahun ekonomi Indonesia selalu berbasis komoditas. Bahan mentah yang selalu dikirim keluar negeri.
“Sehingga ke depan kita ingin semuanya diolah minimal menjadi barang setengah jadi atau barang jadi melalui hilirasisasi industri,” katanya saat memberikan sambutan pada hari ulang tahun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Jumat (10/1/2020).
Jokowi memberi contoh minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Tanah Air saat ini memiliki 13 juta kebun sawit.
Dalam setahun, produksi yang bisa dihasilkan mencapai 46 juta ton. Dengan jumlah yang sangat besar itu, Presiden meminta tidak lagi harus mengekspor bahan mentah tersebut.
“Ini yang telah kita lakukan. Karena kalau tidak kita selalu dimainkan pasar. Uni Eropa memunculkan isu sawit tidak ramah lingkungan,” jelasnya.
Menurut Jokowi, Uni Eropa (UE) mengembuskan isu tersebut karena sawit lebih murah dari minyak biji matahari yang mereka produksi.
“Ini hanya perang bisnis antarnegara. Tapi dipakai alasan terus. Kamu tidak beli CPO, kita tidak apa-apa karena kita telah menjadikan minyak sawit kita menjadi B20 dan tahun ini B30,” ucapnya.