Bisnis.com, JAKARTA - Dalam upaya meningkatkan kesadaran industri teknologi China terhadap lonjakan penggunaan energi, Greenpeace merilis data kontributor lingkungan dari yang terbaik hingga yang terburuk.
ChinData Group, perusahaan kecil yang didukung Bain Capital dan sedang menanti status unicornnya, menempati posisi pertama mengungguli Alibaba dan Tencent.
Greenpeace untuk pertama kalinya memeringkat 15 perusahaan internet terbesar China dan menemukan ada banyak kekurangan di berbagai area seperti transparansi penggunaan energi yang dipublikasi secara publik dan kecepatan korporasi berpindah ke sumber energi terbarukan.
Dilansir melalui Bloomberg, riset ini dilakukan atas kerja sama North China Electric Power University dan menuntut percepatan adopsi tenaga surya dan angin bersamaan dengan komitmen China terkait penggunaan energi terbarukan 100%.
Greenpeace mencatata adanya kemajuan di antara sejumlah raksasa internet China, tetapi mereka masih tertinggal dari rekan-rekan globalnya.
Apple Inc., misalnya, telah berjanji untuk meninggalkan bahan bakar fosil dan mengurangi penggunaan energi fosil di seluruh rantai pasokannya.
"Tencent Holdings Ltd. adalah salah satu yang terbaik dalam keterbukaan penggunaan energi, meskipun perusahaan tidak membuat banyak kemajuan dalam peralihan ke sumber energi terbarukan," kata kelompok aktivis itu, dikutip melalui Bloomberg, Kamis (9/1/2020).
Alibaba Group Holding Ltd. mencetak skor tertinggi setelah ChinData tetapi hanya berhasil mendapatkan skor 60 dari 100, menggambarkan besarnya tugas mereka di masa depan.
21Vianet Group Inc., mitra penyedia cloud Microsoft Corp. di China, mendapat skor 21.
“Konsumsi daya dari industri internet China meroket dan sangat penting bahwa perusahaan besar tersebut memimpin sektor ini untuk melepaskan diri dari ketergantungannya pada batubara," kata juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Asia Timur, Ye Ruiqi.
Sekitar dua pertiga dari energi China dihasilkan dari pembangkit batu bara, tetapi Beijing berniat untuk mengurangi penggunaan energi fosul secara drastis melalui perluasan penggunaan energi terbarukan.
Menurut Hanyang Wei, analis pasar energi China di BloombergNEF, dalam waktu dekat China masih harus bergantung pada batubara untuk memenuhi keseimbangan dan keamanan jaringan.
Sementara itu, perusahaan China kemungkinan masih akan menggunakan energi fosil karena kontrak kerjasama energi dengan pembangkit listrik tenaga batubara jauh lebih murah.
"Laporan peringkat ini penting bagi perusahaan teknologi CHina untuk melakukan menentukan terhadap para mitra asingnya," tambah Wei.
ChinData menjadi perusahaan pusat data domestik pertama yang berkomitmen untuk menggunakan target energi terbarukan dengna 100% pada akhir 2019, menurut Greenpeace, yang juga memeringkat perusahaan teknologi secara global.
Perusahaan itu juga di antara sekelompok perusahaan lain yang secara strategis telah menemukan pusat data baru di dekat area pembangkit energi terbarukan eksisting seperti Hebei, Mongolia Dalam dan provinsi Sichuan.
ChinData dikabarkan berpotensi melangkah menuju penawaran umum perdana tahun ini, serta membangun dan mengoperasikan pusat server raksasa yang menangani data untuk perusahaan internet.