Bisnis.com, JAKARTA – Pemimpin pasukan Quds Iran Mayor Jenderal Qasem Soleimani, yang baru saja tewas di tangan Amerika Serikat atas perintah Presiden Donald Trump, dikenal merupakan sosok pejuang.
Soleimani dilaporkan tewas dalam serangan pasukan Amerika Serikat di Irak pada Jumat (3/1/2020) waktu setempat. Pentagon mengonfirmasi bahwa Soleimani dibunuh atas arahan Presiden Donald Trump.
Tayangan televisi setempat memperlihatkan rekaman semasa hidupnya saat Soleimani tengah bersama Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan berada di zona perang dalam pakaian militer.
Salah satu cuplikan memperlihatkan Soleimani mengkomandoi sebuah unit dalam perang Iran dengan Irak pada tahun 1980-an. Kariernya kemudian melejit melalui jajaran Garda Revolusi Iran untuk menjadi kepala Pasukan Quds.
Melalui posisinya di pasukan elit tersebut, ia membantu Iran membentuk aliansi di Timur Tengah di tengah terpukulnya ekonomi Iran akibat sanksi-sanksi Amerika Serikat.
Pada 2019, pemerintah AS melabeli Garda Revolusi sebagai organisasi teroris asing. Langkah ini merupakan bagian dari tekanan untuk memaksa Iran menegosiasikan program rudal balistik dan kebijakan nuklirnya.
Baca Juga
Namun tekanan itu hanya dibalas respons tajam dari Soleimani bahwa negosiasi apa pun dengan AS berarti “menyerah seutuhnya”.
Pasukan Quds yang dipimpin Soleimani membantu pihak milisi mengalahkan ISIS di Irak. Keberhasilan pasukan elit ini mendorong peran Soleimani dalam penyebaran kekuatan Iran di Timur Tengah.
Khamenei menjadikan Soleimani pemimpin Pasukan Quds pada tahun 1998. Soleimani menyimpan perihal penunjukannya ini selama bertahun-tahun sembari memperkuat hubungan Iran dengan Hezbollah di Libanon, pemerintahan Presiden Suriah Bassir al-Assad, dan kelompok-kelompok milisi Syiah di Irak.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, ia tampak lebih sering beredar di media sosial. Para pejuang dan komandan di Irak dan Suriah seringkali mengunggah foto-fotonya ketika tengah berada di medan perang dengan potongan janggut dan rambut yang rapi.
Pengaruh Soleimani di dalam militer Iran tampak jelas pada tahun 2019 ketika Khamenei menganugerahinya medali Order of Zolfiqar, penghargaan militer tertinggi Iran. Ini adalah pertama kalinya seorang komandan menerima medali sejak Republik Islam ini didirikan pada 1979.
“Soleimani bukan pria yang bekerja kantoran. Dia maju ke garis depan untuk menginspeksi pasukan dan memantau pertempuran,” ungkap seorang mantan pejabat senior Irak dalam sebuah wawancara pada tahun 2014.
Melalui sebuah pernyataan setelah kematian Soleimani, Khamenei menegaskan akan tibanya balas dendam untuk "penjahat" yang telah membunuhnya.
Kematiannya, meskipun pahit, akan menggandakan motivasi perlawanan terhadap Amerika Serikat dan Israel, kata pemimpin Iran itu.
Soleimani juga bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen dan operasi militer rahasia yang dilakukan oleh Pasukan Quds. Pada 2018, ia secara terbuka menantang Presiden AS Donald Trump.
“Saya katakan, wahai Tuan Trump si penjudi, ketahuilah bahwa kami dekat denganmu di tempat yang tak terpikirkan olehmu," ucap Soleimani dalam sebuah video yang didistribusikan secara online.
“Anda akan memulai perang tetapi kami akan mengakhirinya,” pungkasnya, seperti dilansir dari Reuters.