Bisnis.com, JAKARTA - Ingat dengan pemilik Big Blue Taxi yang sempat mengatakan Gojek alias ojek daring tidak cocok di Malaysia. Memasuki 2020, Negeri Jiran itu malah resmi mengizinkan layanan ojek daring beroperasi di sana.
Namun, bukan Gojek yang pertama kali mengaspal di jalan Malaysia, melainkan Dego Ride, perusahaan rintisan ojek daring asal Malaysia yang sempat dilarang beroperasi pada 2017.
Kini, Dego Ride sudah mengaspal di beberapa wilayah seperti, Lembang Klang, Kuala Lumpur, Shah Alam, dan Putrajaya.
Menteri Pemuda dan Olah Raga Malaysia Syed Saddiq Syed Abdul Rahman mengatakan pihaknya sangat mendukung usaha masyarakat setempat, terutama anak muda yang punya visi merangsang pertumbuhan ekonomi.
"Hari ini [1 Januari 2020] menjadi hari bersejarah bagi Malaysia karena resmi mengizinkan layanan ojek daring," ujarnya seperti dikutip dari Antara pada Kamis (2/1/2020).
Syed Saddiq memperkirakan layanan ojek daring itu bisa membuka sekitar 5.000 peluang kerja, terutama dari masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah.
Baca Juga
Nantinya, mitra dari Dego Ride diprediksi bisa meraih pendapatan bulanan sekitar Rp5,09 juta sampai Rp10,18 juta. Dego Ride pun sudah menerima sekitar 4.000 pengajuan untuk menjadi mitranya.
Syed Saddiq menilai layanan ojek daring ini bisa menjadi pemantik pembangunan industri baru yang bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negara.
"Saya juga berharap Dego Ride bisa sejajar dengan perusahaan rintisan ojek daring yang lebih dulu ada seperti, Gojek dan Grab," ujarnya.
Dari data World Bank, pertumbuhan ekonomi Malaysia 2019 diprediksi melambat ke level 4,6% dibandingkan dengan 4,7% pada 2018. Dalam 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Malaysia bisa dibilang cukup fluktuatif.
Malaysia sempat mencatatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahunan -1,51% pada 2009. Namun, pertumbuhan ekonomi kembali melejit ke level 7,42% pada 2010.
Setelah itu, pertumbuhan ekonomi Malaysia hanya berkisar di level 4% sampai 6%.
Dari sisi angka pengangguran, Malaysia mulai mencatatkan penurunan pada 2018 menjadi 3,36% dibandingkan dengan 3,41% pada 2017. Namun, persentase pengangguran itu masih lebih tinggi ketimbang 2014 yang sempat berada di level 2,88%.
Bakal Jadi Pesaing Gojek
Sementara itu, Dego Ride akan menjadi pesaing Gojek yang sudah berencana untuk ekspansi ke Malaysia. Namun, belum ada kabar lagi terkait proses ekspansi satu-satunya dekakorn di Indonesia ke Malaysia.
Sebelumnya, Bisnis.com mencatat pemerintah Malaysia memberikan lampu hijau bagi perusahaan transportasi daring asing untuk memulai bisnis terbatas sejak Januari 2020.
Namun, Gojek memang belum memutuskan waktu untuk menjajal pasar di Malaysia. Alasannya, Gojek tengah menunggu kejelasan regulasi yang sedang disusun oleh kementerian transportasi Malaysia.
Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke Siew Fook mengatakan kepada parlemen kalau perusahaan seperti Gojek dan Dego Ride bisa beroperasi berdasarkan konsep mengukur permintaan layanan selama enam bulan.
"Transportasi daring akan menjadi komponen penting dalam menyediakan sistem transportasi umum yang komprehensif," ujarnya.
Nantinya, proyek percontohan akan dilakukan terbatas di Lembah Klang sebagai wilayah paling maju di Malaysia.
Dari program itu, pemerintah Malaysia dan perusahaan yang berpartisipasi akan mengumpulkan data dan evaluasi permintaan, sedangkan pemerintah akan mengejar penyusunan regulasi transportasi daring.
Konon, segmen transportasi daring Malaysia bisa mencatatkan potensi pertumbuhan pendapatan sebesar 16% menjadi US$558 juta pada 2019. Nantinya, potensi pendapatan itu bisa meningkat menajdi US$1 miliar pada 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel