Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adu Kuat Perang Dagang AS-China di 2019

Meskipun telah ada perkembangan terhadap kesepakatan perang perdagangan antara China dan Amerika Serikat pada akhir tahun 2019, masih ada ketidakpastian yang mengintai karena perang dagang belum benar-benar selesai.
Presiden AS Donald Trump (kiri) menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping untuk membahas perdagangan kedua negara di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Reuters-Kevin Lamarque
Presiden AS Donald Trump (kiri) menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping untuk membahas perdagangan kedua negara di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Reuters-Kevin Lamarque

Bisnis.com, JAKARTA – Meskipun telah ada perkembangan terhadap kesepakatan perang perdagangan antara China dan Amerika Serikat pada akhir tahun 2019, masih ada ketidakpastian yang mengintai karena perang dagang belum benar-benar selesai.

Ketegangan kedua negara yang telah berlangsung sejak awal tahun 2018 juga turut memberikan tekanan, tidak hanya pada ekonomi kedua negara, namun juga di seluruh dunia.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi China hingga akhir tahun 2019 akan mencapai 6,2 persen, lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2018 yang mencapai 6,6 persen. Sementara itu, IMF memproyeksikan pertumbuhan

Dalam perang dagang, yang dipicu oleh tuduhan Presiden AS Donald Trump bahwa China telah melakukan praktik perdagangan yang tidak adil, total nilai impor China yang dikenakan tariff oleh AS mencapai US$550 miliar. Sementara itu, tarif balasan China berdampak pada barang impor AS yang jumlahnya mencapai US$185 miliar.

Perkembangan di tahun 2019 lebih terfokus pada upaya kedua negara untuk berunding guna menyelesaikan sengketa perdagangan. Sejumlah pertemuan pejabat dari kedua negara, termasuk pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping, telah digelar. Namun hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai penyelesaian sengketa perdagangan.

Kilas balik seputar perang perdagangan dan perundingan AS-China yang terjadi sepanjang tahun 2019:
TanggalPeristiwa

7-9 Januari

China dan AS melakukan pembicaraan perdagangan pertama sejak berlakunya gencatan perang dagang 90 hari yang berakhir pada 1 Maret. Pertemuan antara wakil Perdana Menteri China Liu He dan Ketua US Trade Representative Robert Lighthizer berlangsung di Beijing.

22 Januari

Gedung Putih membatalkan rencana pertemuan dengan dua wakil menteri menjelang pembicaraan perdagangan yang akan digelar di Washington DC.

30-31 Januari

AS dan China menggelar pertemuan di Washington DC yang berlangsung selama dua hari. Trump mengatakan akan bertemua dengan Xi Jinping pada Februari.

7 Februari

Trump mengatakan ia tidak akan menemui Xi sebelum gencatan perdagangan berakhir pada 1 Maret.

11-15 Februari

AS-China menggelar perundingan perdagangan di Beijing yang dihadiri oleh Xi Jinping dan perunding perdagangan AS.

21-24 Februari

Kedua negara melanjutkan perundingan perdagangan di Washington DC, yang menghasilkan keputusan untuk memperpanjang gencatan perdagangan.

28-29 Maret

AS dan China kembali mengadakan pembicaraan perdagangan di Beijing.

31 Maret

China memperpanjang penundaan pengenaan tariff impor untuk produk otomotif dan komponen otomotif asal AS.

1 April

China mereka akan melarang semua varian fentanyl opioid sintetis sebagai konsesi ke AS di tengah pembicaraan perdagangan.

3-5 April

Kedua negara mengadakan pembicaraan lanjutan di Wahington.

10 April

Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengatakan bahwa kedua negara sepakat untuk mendirikan kantor untuk memantau penegakan kesepakatan perdagangan.

 30 April-1 Mei

Negosiator AS dan Cina melanjutkan pembicaraan perdagangan di Beijing. Mnuchin menyebut pembicaraan itu "produktif" dan menegaskan bahwa kedua pihak akan melanjutkan negosiasi di Washington pekan depan.

5 Mei

Trump mengatakan bahwa AS akan menaikkan tarif produk-produk China senilai US$ 200 miliar dari 10 persen menjadi 25 persen, efektif Jumat, 10 Mei.

10 Mei

Kenaikan tarif mulai berlaku.

13 Mei

China mengumumkan akan menaikkan tarif barang-barang AS senilai US$60 miliar yan gmulai berlaku 1 Juni 2019, sebagai tanggapan atas kenaikan tarif yang diberlakukan oleh AS pada 10 Mei.

16 Mei

Departemen Perdagangan AS memasukkan Huawei Technologies Co. Ltd dan afiliasinya pada "daftar hitam”, yang secara efektif melarang perusahaan AS untuk menjual ke perusahaan telekomunikasi China tersebut tanpa persetujuan pemerintah AS.

31 Mei

China membuat daftar hitam entitas sebagai balasan atas masuknya Huawei ke dalam daftar entitas hitam di AS. Daftar tersebut mencakup perusahaan asing, organisasi, dan individu yang tidak mematuhi aturan pasar, melanggar kontrak, dan memblokir, memutus pasokan karena alasan non-komersial, atau sangat merusak kepentingan perusahaan China.

1 Juni

China mulai berlakukan kenaikan tarif impor terhadap produk AS yang nilainya mencapai US$ 60 miliar. Tarif tersebut berkisar antara 10 hingga 25 persen.

2 Juni

China menerbitkan buku putih tentang hubungan ekonomi AS-China

Berjudul 'Posisi China terhadap Konsultasi Ekonomi dan Perdagangan China-AS'

18 Juni

Xi dan Trump menginisiasi kembali pembicaraan perdagangan melalui telepon, kurang dari dua pekan sebelum KTT G20 yang sangat dinanti di Osaka, pada 28 dan 29 Juni.

 26 Juni

AS dan China telah sepakat untuk gencatan senjata sementara dalam hingga perundingan dagang mereka yang dilanjutkan di Osaka akhir pekan ini. Rincian perjanjian sedang disusun dan diharapkan akan dirilis sebelum pertemuan.

29 Juni

AS dan Cina sepakat untuk memulai kembali pembicaraan perdagangan, setelah gencatan senjata sementara yang dicapai awal pekan ini. Presiden Trump juga menyarankan pelonggaran larangan ekspor AS ke Huawei Technologies.

9 Juli

Pemerintah AS mengumumkan bahwa mereka akan mengecualikan 110 produk China dari tarif 25 persen pada 6 Juli 2018, termasuk peralatan medis untuk kanker. Pengecualian tersebut akan berlaku selama satu tahun mulai 9 Juli 2019.

16 Juli

Presiden Trump sekali lagi mengancam akan mengenakan tarif impor untuk barang senilai US$ 325 miliar, meskipun berjanji tidak akan mengikuti gencatan senjata setelah KTT G20, hanya dua minggu sebelumnya.

 30-31 Juli

Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Menteri Keuangan Steven Mnuchin, dan Wakil Perdana Menteri China Liu He bertemu di Shanghai untuk pembicaraan perdagangan, yang berakhir tanpa kemajuan berarti.

1 Agustus

Trump mengatakan AS akan mengenakan tarif 10 persen untuk barang-barang Cina senilai US$ 300 miliar mulai 1 September.

6 Agustus

AS menyatakan China sebagai manipulator mata uang setelah yuan turun ke level 7 per dolar AS, level terendah dalam 11 tahun.

Sementara itu, Perusahaan China menunda pembelian produk pertanian baru dari AS.

13 Agustus

AS menunda tarif untuk produk tertentu hingga 15 Desember dan menghapus sejumlah barang dari daftar tarif.

AS dan China sepakat untuk berbicara lagi dalam dua  pekan ke depan.

23 Agustus

China mengumumkan tarif untuk barang-barang AS senilai US$ 75 miliar, Trump mengancam kenaikan akan melakukan kebijakan balasan.

26 Agustus

Liu menyerukan agar bersikap tenang, Trump mengatakan pembicaraan akan dilanjutkan.

 

1 September

Seperti yang diumumkan, AS mulai menerapkan tarif impor untuk lebih dari produk China senilai US$ 125 miliar, barang yang terpengaruh mulai dari alas kaki, popok, dan produk makanan, hingga jam tangan pintar, mesin pencuci piring, dan televisi layar datar. Beijing juga mulai mengenakan tarif tambahan pada beberapa barang dengan, termasuk tarif lima persen untuk minyak mentah AS.

2 September

China melaporkan kasus tarif  impor yang mempengaruhi US$ 300 miliar ekspor China kepada WTO.

5 September

China dan AS sepakat untuk mengadakan pembicaraan perdagangan tingkat tinggi ke-13 di Washington DC pada awal Oktober. Tim dagang dari kedua negara akan memulai konsultasi pertengahan September sebagai persiapan untuk pembicaraan tingkat tinggi ini.

11 September

Komisi Tarif Dewan Negara China meluncurkan daftar pembebasan tarif untuk impor AS termasuk 16 jenis impor AS.

13 September

China membebaskan berbagai produk pertanian dari tarif tambahan.

19-20

AS dan China mengadakan pembicaraan perdagangan tingkat menengah di Washington menjelang pembicaraan perdagangan tingkat tinggi yang dijadwalkan Oktober.

20 September

AS merilis daftar pembebasan tarif baru, termasuk lebih dari 400 barang China dari tariff yang berlaku bulan September.

USTR mengumumkan tiga notifikasi yang secara kolektif untuk membebaskan 437 barang China dari tarif impor AS.

 

11 Oktober

Setelah pertemuan dua hari pada 10-11 Oktober di Washington DC, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa negosiator dari AS dan China akan berupaya menuju kesepakatan "Fase pertama" dalam beberapa pekan ke depan.

18 Oktober

Kantor Perwakilan Dagang A baru-baru ini mengumumkan akan meluncurkan putaran baru pengecualian tarif untuk produk-produk China tertentu mulai 31 Oktober 2019 hingga 31 Januari 2020.

1 November

Negosiator AS dan Cina berbicara melalui telepon, menyetujui poin perdagangan utama

Sementara itu, China memenangkan kasus WTO dan dapat memberikan sanksi impor senilai US$3,6 miliar.

7-8 November

 

AS dan China pada prinsipnya sepakat untuk membahas penurunan tarif barang satu sama lain secara bertahap.

26 November

AS merilis pedoman peraturan baru untuk prosedur jaringan telekomunikasi untuk melindungi jaringan telekomunikasi dari ancaman keamanan nasional.

 

28 November

Presiden AS Donald Trump menandatangani undang-undang yang menyatakan dukungan AS untuk pengunjuk rasa Hong Kong.

Langkah ini mengancam finalisasi kesepakatan dagang dan mempersulit negosiasi dengan Beijing, ketika kedua negara sedikit lagi akan menandatangani perjanjian fase satu.

13 Desember

Presiden AS Donald Trump menandatangani perjanjian perdagangan dengan China. Hal itu akan menunda putaran tarif baru yang sebelumnya akan diberlakukan pada 15 Desember 2019.

 

Prospek di tahun 2020

Meskipun perjanjian perdagangan fase pertama telah tercapai, belum ada kejelasan mengenai kapan berakhirnya perang perdagangan secara total, terutama karena kebijakan kedua negara yang tidak menentu.

Menurut Kepala Ekonom Bloomberg Tom Orlik, hasil dari perundingan dagang AS-China akan menjadi penentu utama pertumbuhan ekonomi di 2020. 

"Pada suatu titik, jika tarif dagang kembali seperti pada Mei 2019 dan gencatan senjata tarif dagang dipastikan, PDB global dapat menguat 0,6 persen. Jika terjadi sebaliknya, perlambatan akan berlanjut ke tahun berikutnya," kata Orlik.

Ekonomi global pun masih akan menghadapi tekanan jika perang dagang belum berakhir. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, pertumbuhan ekonomi global hanya mencapai 3 persen di tahun mendatang jika perang dagang masih berlangsung.

Sementara itu, Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) memutuskan untuk menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan menjadi 2,9 persen. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper