Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WHO Sebut Pengurangan Emisi Karbon Terkendala Dana

WHO menyebutkan bahwa perubahan iklim telah membahayakan kesehatan karena memicu banyak orang menderita stres akibat panas, cuaca ekstrem, dan penyakit yang ditularkan nyamuk malaria.
Asap membubung dari cerobong-cerobong asap sebuah pabrik pemanas di Jilin China/Reuters
Asap membubung dari cerobong-cerobong asap sebuah pabrik pemanas di Jilin China/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyebutkan bahwa perubahan iklim telah membahayakan kesehatan karena memicu banyak orang menderita stres akibat panas, cuaca ekstrem, dan penyakit yang ditularkan nyamuk malaria. 

Dilansir Reuters, Selasa (3/12/2019), badan PBB, dalam sebuah laporan yang dikeluarkan sehari setelah pertemuan puncak pembahasan  iklim di Madrid, Spanyol, mendesak pemerintah untuk memenuhi target ambisius dalam mengurangi emisi karbon.

Maria Neira, Direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim dan Kesehatan WHO, mengatakan bahwa dengan mengurangi emisi karbon sedikit saja, hal itu dapat menyelamatkan satu juta jiwa per tahun.

“Kesehatan membayar harga krisis iklim. Mengapa? Karena paru-paru kita, otak kita, sistem kardiovaskular kita sangat menderita dari penyebab perubahan iklim yang sangat tumpang tindih dengan penyebab polusi udara," ujarnya.

Namun, lanjutnya, kurang dari satu persen pendanaan internasional untuk aksi iklim yang masuk ke sektor kesehatan. Dia menilai hal tersebut sangat keterlaluan. 

Pakar WHO Diarmid Campbell-Lendrum mengatakan bahwa WHO telah menganggap perubahan iklim berpotensi menjadi ancaman kesehatan terbesar pada abad ke-21. 

“Alasan untuk itu adalah bahwa kecuali kita mengurangi emisi karbon kita, maka kita akan terus merusak persediaan makanan kita, persediaan air kita dan kualitas udara kita - semua yang kita butuhkan untuk menjaga kesehatan populasi kita,” katanya.

Dia melanjutkan bahwa sumber yang sama juga telah menyebabkan polusi udara dan perubahan iklim, sehingga dua pertiga dari paparan polusi udara luar adalah dampak dari pembakaran bahan bakar fosil. 

“WHO memperkirakan lebih dari 7 juta orang dalam setahun meninggal akibat polusi udara di dalam dan luar ruangan. Di situlah kemenangan besar itu," ujarnya. 

Di sisi lain, sejumlah pakar iklim internasional memperingatkan pada minggu lalu bahwa temperatur global dapat meningkat tajam abad ini dengan konsekuensi luas dan merusak setelah emisi gas rumah kaca mencapai rekor tertinggi pada tahun lalu. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper