Bisnis.com, JAKARTA - Pendiri dan pemimpin Ciputra Group Ir Ciputra telah meninggal dunia, Rabu dini hari (27/11/2019) di Singapura, pada usia 88 tahun.
Beberapa waktu lalu, Bisnis berkesempatan berkunjung ke kediaman Ciputra di Bukit Golf Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Tempat tinggal Ciputra terasa begitu teduh. Tidak ada pagar pembatas saat akan masuk menuju halaman rumahnya, hanya tertutup pepohonan rindang dan tanaman rambat yang membentuk bukit kecil di atap rumahnya.
Sampai di halaman depan rumahnya, kami langsung dimanjakan dengan berbagai patung kuda dan patung-patung manusia yang terinspirasi dari lukisan Hendra Gunawan, yang menjadi ciri khas properti yang dikembangkan Ciputra yang lebih dikenal dengan sapaan Pak Ci.
Jiwa dan kecintaan Pak Ci pada seni semakin kental terasa begitu masuk ke dalam rumahnya. Tidak ada perabotan yang terlalu mewah. Pak Ci seperti ingin menemukan ketenangan saat berada di rumah.
Di rumahnya inilah Pak Ci merefleksikan kecintaannya pada seni. Dia memajang puluhan bahkan ratusan lukisan yang tertata rapi pada hampir setiap bagian dinding tembok bahkan langit-langit rumahnya, terbanyak lukisan karya Hendra Gunawan, salah satu pelukis yang digemarinya.
Bagi Pak Ci, Hendra Gunawan merupakan sosok seniman yang mampu menyentuh hatinya. Pak Ci begitu kagum dengan komposisi dan anatomi manusia yang begitu berkarakter, serta warna-warna yang dihadirkan oleh Hendra.
Saat itu, kami yang datang untuk mewawancarai Pak Ci, dijamu langsung di ruang tengahnya yang sekaligus merupakan ruang makan dengan meja makan besar. Pak Ci kala itu ditemani putrinya, Rina Ciputra.
Kami pun dipersilakan naik ke lantai dua melihat keindahan beragam lukisan serta pajangan foto dari keluarga besar Ciputra. Hal unik lain yang ada di rumah Pak Ci adalah hampir semua bagian dinding dan lantai menggunakan kayu sehingga kesan alaminya semakin terasa.
Beranjak ke halaman belakang rumah, Pak Ci memiliki lahan yang begitu luas dan langsung menghadap lapangan Golf Pondok Indah. Dari luas lahan sekitar 6.000 meter persegi, hanya 1000 meter persegi yang dijadikan bangunan, sisanya berupa halaman yang menghampar luas.
“Setiap pagi saya menghirup dan merasakan udara segar di halaman belakang ini,” ujar Pak Ci kala itu.
Di bagian belakang ini pula terdapat patung Yesus Memberkati yang menjulang tinggi dengan kokohnya. Di bawahnya, terdapat patung-patung kecil yang menceritakan perjuangan Pak Ci dan keluarganya saat sang ayah dibawa pergi oleh tentara Jepang. Saat itu Pak Ci masih kecil.
“Saya juga tidak tahu, apakah ayah saya mati dibuang ke laut atau tidak. Sampai saat ini pun kami tidak pernah melihat jasad ayah,” kenang Pak Ci ketika itu.