Bisnis.com, JAKARTA – Raksasa barang mewah pemegang merek Louis Vuitton, LVMH, menyepakati akuisisi Tiffany & Co. senilai lebih dari US$16 miliar (Rp225,36 triliun). Jika terwujud, ini akan menjadi transaksi akuisisi di sektor barang mewah terbesar yang pernah ada.
Akuisisi ini akan meningkatkan profil konglomerasi asal Prancis ini dalam bidang perhiasan dan memberikannya akses ke pembeli asal Amerika Serikat yang lebih luas.
LVMH sepakat untuk membayar US$135 per saham untuk produsen perhiasan asal AS tersebut, menurut sebuah pernyataan pada Senin (25/11/2019). Angka tersebut lebih tinggi 37 persen dari harga penutupan saham Tiffany sebelum Bloomberg melaporkan penawaran awal senilai US$120 per saham pada 26 Oktober. Dewan kedua perusahaan menyetujui proposal akuisisi pada hari Minggu.
Chairman LVMH Bernard Arnault menantang pemilik Cartier, Richemont, untuk mendominasi dalam bisnis perhiasan global. Sementara cakupan merek LVMH meliputi Christian Dior dan Dom Perignon Champagne, perusahaan ini belum begitu menonjol dalam perhiasan seperti dalam mode atau kosmetik. Akuisisi Tiffany akan meningkatkan posisi perusahaan di bidang tersebut.
"LVMH akan menjadi pemimpin pasar global dalam perhiasan mewah," tulis analis Bloomberg Intelligence Deborah Aitken dalam sebuah laporan baru-baru ini.
“Akuisisi ini bernilai lebih dari dua kali lipat dari nilai bisnis perhiasan LVMH dan meningkatkan pangsa pasarnya menjadi lebih dari 18 persen,” katanya, seperti dikutip Bloomberg.
Kesepakatan akusisi ini diharapkan akan selesai pada pertengahan 2020.
LVMH menaikkan tawaran akuisisi Tiffany setidaknya dua kali sebelum mencapai kesepakatan, meningkatkan tawarannya menjadi US$130 hanya beberapa hari yang lalu, menurut orang-orang yang mengetahui situasi tersebut.