Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesepakatan Dagang Asia Disahkan 2020

Prospek untuk mencapai kesepakatan tentang 16 negara Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), yang didukung oleh China, terhambat oleh tuntutan menit terakhir dari India menjelang pertemuan di Bangkok.
Ilustrasi/asean.org
Ilustrasi/asean.org

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Thailand Jurin Laksanawisit menyampaikan pembicaraan untuk menyetujui sebuah framework perdagangan terbesar di dunia telah selesai dengan konklusif.

Prospek untuk mencapai kesepakatan tentang 16 negara Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), yang didukung oleh China, terhambat oleh tuntutan menit terakhir dari India menjelang pertemuan di Bangkok.

“Akan ada pengumuman bersama tentang keberhasilan perjanjian RCEP oleh para pemimpin hari ini. India adalah bagian dari ini juga dan akan bersama-sama membuat pengumuman. Penandatanganan akan dilakukan tahun depan," ujar Jurin, dikutip melalui Reuters, Senin (4/11/2019).

Menjelang KTT Asean akhir pekan lalu di Bangkok, ada harapan untuk menyelesaikan perundingan RCEP tahun ini, yang melibatkan 16 negara.

Sebelumnya, pada pernyataan resmi dalam penutupan KTT Asean kemarin, Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-Ocha yang juga merupakan ketua Asean tahun ini, mengungkapkan bahwa 10 negara anggota Asean berkomitmen untuk menandatangani kesepakatan RCEP pada 2020.

Menurutnya, kesepakatan ini akan secara signifikan berkontribusi pada sistem perdagangan internasional yang terbuka, inklusif dan berdasarkan aturan dan perluasan rantai nilai.

Dorongan baru untuk mencapai kesepakatan dipicu oleh perang dagang AS-China, yang telah menekan pertumbuhan ekonomi regional ke level terendah dalam 5 tahun.

"Kesimpulan awal dari negosiasi RCEP akan meletakkan dasar bagi integrasi ekonomi Asia Timur," menurut sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China setelah Perdana Menteri Li Keqiang bertemu dengan para pemimpin Asia Tenggara.

Akan tetapi, Perdana Menteri India Narendra Modi bahkan tidak menyebutkan pembicaraan RCEP dalam pidato pembukaan pada pertemuan kemarin dan sebaliknya hanya berbicara tentang meninjau kembali perjanjian perdagangan yang ada antara ASEAN dan India.

Modi juga tidak menyinggung soal blok perdagangan, yang terdiri dari 16 negara penyumbang sepertiga dari produk domestik bruto global dan hampir setengah dari populasi dunia, dalam unggahan Twitternya setelah bertemu dengan para pemimpin Thailand dan Indonesia.

India mengkhawatirkan potensi lonjakan impor China. Seorang sumber yang paham negosiasi New Delhi mengatakan tuntutan baru dibuat pekan lalu dan sulit dipenuhi.

Beberapa negara telah memberi sinyal kemungkinan untuk terus maju tanpa India dalam membentuk blok perdagangan yang juga mencakup Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru ini.

Akan tetapi, Menteri Perdagangan Thailand Jurin Laksanawisit menegaskan bahwa India belum mundur dari negosiasi kesepakatan RCEP.

Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha mengatakan bahwa kesepakatan ini harus segera difinalisasikan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, perdagangan dan investasi.

Dia menyoroti risiko gesekan perdagangan dan persaingan geo strategis di wilayah tersebut.

Keuntungan lain bagi negara-negara Asia Tenggara dengan keterlibatan India dalam pakta perdagangan adalah berkurangnya dominasi China di kawasan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper