Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur The Fed Jerome Powell tampaknya baru saja mempersulit prospek bank sentral di Asia.
Dengan memberi sinyal bahwa siklus pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat sedang terhenti, Powell mempersempit pilihan bagi bank-bank sentral di ekonomi berkembang untuk melakukan pelonggaran.
Otoritas moneter di seluruh Asia telah mengikuti pandangan dovish The Fed sepanjang tahun ini dalam menurunkan biaya pinjaman secara agresif karena pertumbuhan yang melambat.
India, Indonesia, Filipina, Malaysia, Korea Selatan, dan Thailand adalah beberapa di antara mereka yang telah memangkas suku bunga acuan.
Pemangkasan tersebut telah membantu mendukung permintaan di wilayah yang paling cepat berkembang di dunia ini.
Siklus pelonggaran The Fed biasanya menciptakan ruang bagi bank sentral ekonomi berkembang untuk menurunkan suku bunga, tanpa memicu pergerakan mata uang atau pasar modal.
Sementara itu, bank-bank sentral di Asia masih bisa melakukan pelonggaran, ruang gerak mereka akan tergantung pada bagaimana pasar akan bereaksi dan berapa lama The Fed menahan penurunan suku bunga.
"Penundaan The Fed tidak akan sepenuhnya menutup pintu pada penurunan suku bunga Asia, yang kemungkinan besar akan didorong oleh kondisi masing-masing negara," kata Chua Hak Bin, seorang ekonom di Maybank Kim Eng Research Pte Ltd., Singapura, dikutip melalui Bloomberg, Kamis (31/10/2019).
Pada saat yang sama, pemotongan hawkish The Fed mengisyaratkan keyakinan bahwa ekonomi terbesar dunia akan menuju laju pertumbuhan yang lebih stabil.
Harapan ini akan mendukung sentimen untuk ekonomi berkembang dan mengurangi kebutuhan stimulus.
"Suasana yang positif ini akan mendukung aset berisiko saat kita mendekati akhir 2019, termasuk ekuitas Asia dengan eksposur ekspor yang tinggi," menurut Tai Hui, kepala strategi pasar Asia di JP Morgan Asset Management Inc.
Sebelumnya, pejabat Federal Reserve sepakat untuk mengurangi suku bunga acuan sebesar seperempat poin untuk ketiga kalinya tahun ini dan mengisyaratkan jeda pemotongan lebih lanjut kecuali jika prospek ekonomi berubah secara material.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengubah bahasa dalam pernyataannya setelah pertemuan dewan, dengan mengeyampingkan janjinya untuk bertindak secara sesuai guna mempertahankan ekspansi.
"Kami percaya kebijakan moneter ada di posisi yang baik. Kami melihat sikap kebijakan saat ini sepertinya akan tetap sesuai selama informasi yang masuk tentang ekonomi tetap konsisten dengan prospek kami," ungkap Powell pada kesempatan konferensi pers.
Senada dengan pernyataan yang disampaikan pada September, FOMC mengutip implikasi perkembangan global dalam memutuskan untuk menurunkan kisaran target suku bunga acuan bank sentral menjadi 1,5%-1,75%.
Powell juga mencatat dalam konferensi pers bahwa risiko yang terkait dengan ketegangan perdagangan dan Brexit menunjukkan tanda-tanda membaik.