Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2019, Hong Kong Berpotensi Catatkan Pertumbuhan Ekonomi Minus

Pemimpin Hong Kong Carrie Lam menyatakan salah satu kota yang menjadi pusat keuangan Asia itu akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif pada 2019 seiring dengan demonstrasi akbar dalam 5 bulan terakhir.
Chief Executive Hong Kong Carrie Lam berbicara dalam konferensi pers di Hong Kong, China, Sabtu (15/6/2019)./Reuters-Athit Perawongmetha
Chief Executive Hong Kong Carrie Lam berbicara dalam konferensi pers di Hong Kong, China, Sabtu (15/6/2019)./Reuters-Athit Perawongmetha

Bisnis.com, HONG KONG—Pemimpin Hong Kong Carrie Lam menyatakan salah satu kota yang menjadi pusat keuangan Asia itu akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif pada 2019 seiring dengan demonstrasi akbar dalam 5 bulan terakhir.

Dikutip dari Reuters, pernyataan resmi Lam disampaikan pada Selasa (29/10/2019), atau dua hari setelah Sekretaris Keuangan Hong Kong Paul Chan mengatakan Hong Kong telah jatuh ke dalam resesi, sehingga tidak akan mencapai pertumbuhan apapun pada tahun ini.

Demonstrasi cenderung meningkat pada Juni 2019, sehingga membuat Hong Kong berada dalam krisi politik terbesar dalam beberapa dasawarsa terakhir.

Lam, yang didukung oleh Beijing atau pemerintahan China, mengatakan pihaknya akan mengumumkan langkah-langkah baru untuk meningkatkan perekonomian pasca kerusuhan. Namun, dia tidak menjelaskan strategi lebih lanjut.

Pekan lalu, pemerintah mengumumkan langkah bantuan sebesar 2 miliar dolar Hong Kong, menyusul paket 19,1 miliar Hong Kong pada Agustus 2019, untuk mendorong perekonomian.

Lam mengatakan pemerintah pusat Beijing yakin pemerintahannya dapat mengembalikan kota ke keadaan normal, dan telah mendukungnya untuk menegakkan hukum dan ketertiban di Hong Kong.

Sebetulnya, para pengunjuk rasa marah akibat meningkatnya gangguan Beijing di Hong Kong, yang kembali ke pemerintahan China pada 1997, sehingga permasalahan kebebasan terkekang. Namun, China menyangkal campur tangan  tersebut.

China menuduh pemerintah asing, termasuk Amerika Serikat dan Inggris yang menimbulkan permasalahan. Akibat demonstrasi panjang, jumlah wisatawan anjlok 50 persen pada Oktober 2019.

Selain itu, penurunan penjualan ritel mencapai rekor terendah, dan pengangguran serta kebangkrutan meningkat tajam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Editor : Nancy Junita
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper