Bisnis.com, JAKARTA - Masa muda Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Dikti Nadiem Anwar Makarim bertolak belakang dengan sang ayah, Nono Anwar Makarim.
Semasa mahasiswa, Nono adalah aktivis pergerakan yang berkecimpung dalam kegiatan politik. Nono aktif di Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang turut berkontribusi menumbangkan Orde Lama pada 1966.
Lewat Harian KAMI yang dipimpin oleh Nono, mahasiswa menyalurkan aspirasi politiknya. Pria kelahiran 1939 tersebut pun menikmati posisi sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) bersama dengan sejumlah pentolan KAMI.
Setelah lulus dari Universitas Indonesia (UI) dan meninggalkan Harian KAMI, Nono melanjutkan pendidikan hukum pascasarjana di Universitas Harvard. Pulang dari Amerika Serikat, pria Pekalongan tersebut berprofesi sebagai advokat dengan mendirikan firma hukum Makarim & Taira.
Kontras dengan Nono, Nadiem mengisi dunia perkualiahan secara normal. Lagi pula, dia studi sarjana di Universitas Brown dan meneruskan pascasarjana di Universitas Harvard yang notabene bukan kampus Indonesia.