Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inggris dan Uni Eropa Capai Kesepakatan Brexit, Johnson Butuh Dukungan Parlemen

Kesepakatan Inggris dan Uni Eropa terkait Brexit masih harus diratifikasi oleh Parlemen Inggris, di mana Perdana Menteri Boris Johnson tidak memiliki cukup suara mayoritas.
Bendera Inggris Raya dan Uni Eropa di markas Komisi Uni Eropa di Brussels, Belgia, 20 September 2019./Reuters- Kenzo Tribouillard
Bendera Inggris Raya dan Uni Eropa di markas Komisi Uni Eropa di Brussels, Belgia, 20 September 2019./Reuters- Kenzo Tribouillard

Bisnis.com, JAKARTA -- Negosiasi Brexit selama 3 tahun terakhir sejak Referendum 2016 akhirnya ditutup dengan kesepakatan yang disetujui oleh Inggirs dan Uni Eropa.

Poundsterling dipantau menguat dan saham Inggris berbalik lebih tinggi.

Meski demikian, kesepakatan tersebut masih harus diratifikasi oleh Parlemen Inggris, di mana Perdana Menteri Boris Johnson tidak memiliki cukup suara mayoritas.

Partai Unionist Demokrat Irlandia Utara, yang sebelumnya menolak untuk mendukung kesepakatan, belum berkomentar. Dukungannya akan sangat penting jika Johnson ingin mendapatkan suara mayoritas Parlemen di Westminster.

Johnson mengatakan pada Kamis (17/10/2019), bahwa Inggris dan Uni Eropa telah menyetujui kesepakatan Brexit baru yang luar biasa dan mendesak anggota parlemen untuk meratifikasinya pada akhir pekan.

"Kami punya banyak hal baru dan telah mengambil alih kendali. Sekarang parlemen harus menyelesaikan Brexit pada Sabtu sehingga kita dapat beralih ke prioritas pemerintah yang lain," kata Johnson melalui Twitternya, dikutip melalui Reuters, Kamis (17/10/2019).

Pada kesempatan lain, Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menyampaikan hal yang sama. Dia berharap agar kesepakatan ini dapat didukung oleh 27 anggota Uni Eropa lainnya.

"Jika ada niat, di situ ada jalan. Pada akhirnya kita mencapai sebuah kesepakatan! Ini adalah perjanjian yang adil dan seimbang bagi Uni Eropa dan Inggris, dan bukti bahwa kami menjaga komitmen untuk mendapatkan sebuah solusi," ujarnya.

Kesepakatan Brexit ini selesai dinegosiasikan tepat waktu sebelum para pemimpin Uni Eropa akan membahas rencana Inggris melepaskan diri dari blok ekonomi tersebut pada KTT Dewan Uni Eropa yang akan dilaksanakan di Brussels, 17-18 Oktober.

Ini adalah rintangan terakhir dan yang paling berisiko bagi Johnson sebelum dia pada akhirnya merealisasikan hasil pemungutan suara 3 tahun lalu yang mendesak Brexit.

Johnson masih perlu keajaiban, suara mayoritas dari Partai Konservatif, Partai Buruh dan prospek veto dari Partai Unionis Demokrat Irlandia Utara untuk mendapatkan persetujuan.

Sepanjang pekan ini, suasana hati para negosiator di Brussels dan London terus berubah dari optimisme menjadi kecewa dan kembali memiliki harapan.

Sekarang, pada akhirnya, semua prediksi tentang beban atau manfaat Brexit akan diuji.

Paling tidak, bisnis dan para wisatawan akan terhindar dari gangguan yang tak terhindarkan yang akan dipicu jika Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.

Untuk kedua belah pihak, perjanjian adalah kesempatan untuk mengesampingkan agenda politik dan mulai fokus pada hubungan perdagangan mereka pada masa depan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper