Bisnis.com, TOKYO - Insiden penolakan terhadap dua tuna wisma di pusat evakuasi serangan badai Hagibis memancing Perdana Menteri Jepang mengeluarkan pernyataan tegas.
PM Jepang Shinzo Abe, Selasa (15/10/2019) mengatakan bahwa pusat evakuasi harus melayani semua korban bencana. Hal itu dikatakan Abe setelah dua tunawisma ditolak masuk pada akhir pekan di Tokyo, saat ibu kota Jepang menghadapi Badai Hagibis.
"Pusat evakuasi harus mengizinkan siapa pun yang datang untuk mengungsi," kata Abe di parlemen. "Kami akan menyelidiki faktanya dan mengambil langkah yang tepat."
Staf di salah satu pusat evakuasi di distrik Taito Tokyo, pada Sabtu mengusir dua tunawisma lantaran tidak memilik alamat, kata petugas kepada Reuters. Staf itu mengatakan kepada mereka bahwa penampungan itu hanya untuk warga distrik setempat.
"Kami akan mempertimbangkan cara untuk membantu orang-orang yang tidak memiliki alamat dalam situasi ini, dengan melihat sejumlah kasus pemerintah daerah lainnya dan dengan membuat rencana lainnya," kata juru bicara distrik Taito, Shunsuke Tabata.
Setidaknya 58 orang meninggal dunia akibat topan paling kuat yang menerjang Jepang ini. Petugas pertolongan menerobos lumpur dan puing untuk menemukan orang yang sebelumnya dikabarkan hilang.
Sementara itu ribuan rumah belum memperoleh aliran listrik dan air. Lima-belas orang masih belum ditemukan setelah Topan Hagibis menerjang Jepang Timur dan Tengah, kata lembaga penyiaran nasional NHK. Lebih dari 200 orang cedera akibat topan Hagibis, yang namanya berarti "cepat" dalam Bahasa Tagalog.
Sebanyak 138.000 rumah tak memperoleh air, sementara 24.000 tanpa listrik. Angka tersebut jauh di bawah ratusan ribu yang mulanya tak mendapat pasokan listrik, tulis Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa. Meski begitu, kondisi tersebut tetap menimbulkan keprihatinan di daerah utara, tempat temperatur turun.
Jumlah korban jiwa paling banyak terdapat di Prefektur Fukushima di sebelah utara Tokyo. Di wilayah ini tanggul jebol di sedikitnya 14 tempat di sepanjang Sungai Abukuma, yang berliku-liku melalui sejumlah kota besar di prefektur yang kebanyakan penghasil produk pertanian tersebut.
Sedikitnya 18 orang tewas di Fukushima, termasuk seorang ibu dan anaknya yang terjebak dalam banjir. Putra perempuan itu, yang juga bersama dia di tengah banjir, masih belum ditemukan.
Beberapa penyintas menggambarkan bagaimana air naik dengan cepat sampai setinggi dada dalam waktu satu jam dan terutama pada malam hari. Kondisi itu membuat warga sulit menyelamatkan diri ke dataran yang lebih tinggi. Kebanyakan korban tewas di Fukushima adalah warga berusia lanjut, kata NHK.
"Saya tak bisa percaya, air datang sangat cepat," kata seorang pria di Fukushima kepada NHK.
Perdana Menteri Shinzo Abe memperingatkan dampak ekonomi bisa berkepanjangan.