Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menyatakan bahwa negaranya ingin meningkatkan hubungan dengan semua negara-negara di Timur Tengah.
“Kami ingin berteman dengan semua negara-negara di regional [Timteng]. Musuh bersama di luar Timur Tengah..., saya tak punya masalah untuk bertemu dengan Menteri Perminyakan Arab Saudi,” katanya seperti dilaporkan di laman resmi kementerian Shana dikutip dari Reuters, Minggu (6/9/2019).
Dia menambahkan bahwa perusahaan minyak nasional China telah menarik diri dari pengembangan fase 11 ladang gas Pars Selatan di Iran. “China telah menarik diri dari pengembangan fase 11 dan Petropars akan melakukan pekerjaan itu,” katanya.
Sebelumnya, Zanganeh juga melontarkan pernyataan yang lebih kalem kepada Arab Saudi, rival mereka di Timteng.
Zanganeh berusaha meredakan ketegangan antara negaranya dengan Arab Saudi. Dia menyebut rekannya sesama menteri energi, Pangeran bin Abdulaziz sebagai seorang teman. Menurutnya Teheran berkomitmen menjaga stabilitas di Timur Tengah.
“Pangeran Abdulaziz bin Salman telah menjadi teman selama lebih dari 22 tahun,” katanya.
Iran dan Arab Saudi telah berulangkali bentrok pada pertemuan OPEC mengenai kebijakan produksi. Ketegangan antara kedua negara meningkat ketika Arab Saudi menyalahkan Iran atas serangan terhadap fasilitas minyak Saudi pada 14 September, sebuah tuduhan yang dibantah Teheran.
Serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi tetap menjadi sorotan karena mengirim produksi minyak OPEC ke level terendah delapan tahun pada September, memperdalam dampak pakta pasokan dan sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela.
Saat disinggung mengenai reaksi pasar jika Iran diserang, Zanganeh mengatakan pihaknya berharap hal tersebut tidak terjadi.
Dia juga mengingatkan bahwa pasar minyak global dalam kondisi normal, meski pada bulan lalu terjadi serangan ke infrastruktur minyak Arab Saudi.
Menurutnya, saat ini ada sedikit surplus di sisi pasokan pasar minyak. Dia menambahkan bahwa Teheran tidak mengambil langkah apa pun untuk meningkatkan ketegangan di wilayah Teluk.
“Kami selalu berusaha menjaga keamanan Teluk Persia dan stabilitas dan perdamaian di kawasan ini,” katanya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (2/1/2019).
Sementara itu, harga minyak mentah memanas pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (4/10/2019), setelah laporan menunjukkan kenaikan moderat di sektor ketenagakerjaan Amerika Serikat.
Tingkat pengangguran di AS tercatat turun ke level terendah dalam 50 tahun pada September, meredakan kekhawatiran atas potensi resesi AS.
Rangkaian data yang lemah telah secara tajam meningkatkan ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga tambahan oleh The Fed (Federal Reserve).
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup menguat 0,69% atau 0,36 poin ke posisi US$52,81 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent menguat 1,14% atau 0,66 poin ke posisi US$58,37 per barel.