Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berpendapat Pemimpin Hong Kong Carrie Lam Cheng Yuet-ngor seharusnya mengundurkan diri untuk meredam ketegangan.
"Faktanya dia [Lam] berada dalam dilema. Dia harus mematuhi para tuannya, namun pada saat bersamaan dia harus bertanya pada hati nuraninya," kata Mahathir, seperti dikutip dari asiaone.com.
Menurut Mahathir, Lam tahu segala konsekuensi akibat menolak undang-undang ekstradisi. Dia pun memperingatkan agar kejadian pembantaian di Tiananmen pada 1989 tidak terjadi di Hong Kong.
Dalam kejadian di Tiananmen 30 tahun silam, terjadi pembantaian hingga memancing kerusuhan yang berlarut-larut.
"Dalam kasus Tiananmen, masyarakat melakukan unjuk rasa dan mereka yang berdemonstrasi juga adalah kerabat para tentara di daerah itu sehingga apa yang dilakukan adalah dibawa tentara dari daerah lain untuk mengambil tindakan, termasuk tindakan keras untuk mengakhiri demonstrasi. Saya rasa, pada akhirnya itulah yang akan dilakukan Cina. Namun bagi pemerintah Hong Kong, saya rasa yang terbaik adalah mengundurkan diri," kata Mahathir.
Komentar Mahathir itu menyusul gelombang protes di Hong Kong yang sudah memasuki bulan ke lima. Pemerintahan Cina memberlakukan model satu negara dua sistem pada Hong Kong. Mahathir pun menilai sistem tersebut tidak akan bertahan lama hingga pada akhirnya bakal ada satu sistem.
Baca Juga
Saat ini Hong Kong telah terperosok dalam krisis politik terbesar sejak wilayah itu diserahkan Inggris ke Cina pada 1997. Di bawah model aturan satu negara dua sistem, Hong Kong diberikan otonomi yang besar dan luas serta kebebasan yang tidak dinikmati masyarakat Cina.