Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mahathir Sarankan Pemimpin Hong Kong Mundur

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berpendapat Pemimpin Hong Kong Carrie Lam Cheng Yuet-ngor seharusnya mengundurkan diri untuk meredam ketegangan.
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengikuti pertemuan Asean Leaders Gathering di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018)./ANTARA-Afriadi Hikmal
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengikuti pertemuan Asean Leaders Gathering di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018)./ANTARA-Afriadi Hikmal

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berpendapat Pemimpin Hong Kong Carrie Lam Cheng Yuet-ngor seharusnya mengundurkan diri untuk meredam ketegangan.

"Faktanya dia [Lam] berada dalam dilema. Dia harus mematuhi para tuannya, namun pada saat bersamaan dia harus bertanya pada hati nuraninya," kata Mahathir, seperti dikutip dari asiaone.com.

Menurut Mahathir, Lam tahu segala konsekuensi akibat menolak undang-undang ekstradisi. Dia pun memperingatkan agar kejadian pembantaian di Tiananmen pada 1989 tidak terjadi di Hong Kong.

Dalam kejadian di Tiananmen 30 tahun silam, terjadi pembantaian hingga memancing kerusuhan yang berlarut-larut.

"Dalam kasus Tiananmen, masyarakat melakukan unjuk rasa dan mereka yang berdemonstrasi juga adalah kerabat para tentara di daerah itu sehingga apa yang dilakukan adalah dibawa tentara dari daerah lain untuk mengambil tindakan, termasuk tindakan keras untuk mengakhiri demonstrasi. Saya rasa, pada akhirnya itulah yang akan dilakukan Cina. Namun bagi pemerintah Hong Kong, saya rasa yang terbaik adalah mengundurkan diri," kata Mahathir.

Komentar Mahathir itu menyusul gelombang protes di Hong Kong yang sudah memasuki bulan ke lima. Pemerintahan Cina memberlakukan model satu negara dua sistem pada Hong Kong. Mahathir pun menilai sistem tersebut tidak akan bertahan lama hingga pada akhirnya bakal ada satu sistem.

Saat ini Hong Kong telah terperosok dalam krisis politik terbesar sejak wilayah itu diserahkan Inggris ke Cina pada 1997. Di bawah model aturan satu negara dua sistem, Hong Kong diberikan otonomi yang besar dan luas serta kebebasan yang tidak dinikmati masyarakat Cina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : JIBI
Editor : Akhirul Anwar
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper