Bisnis.com, JAKARTA -- Pemimpin Hong Kong Carrie Lam sangat menyesalkan campur tangan parlemen asing dalam masalah Hong Kong dan mengatakan bahwa peningkatan kekerasan tidak dapat menyelesaikan masalah sosial di wilayah itu.
"Sangat tidak pantas bagi parlemen asing untuk ikut campur dalam urusan internal Hong Kong dengan cara apa pun dan [kami] tidak akan membiarkan [AS] menjadi pemangku kepentingan dalam masalah-masalah Hong Kong," tegasnya dalam konferensi pers seperti dilansir Reuters, Selasa (10/9/2019).
Pada Minggu (8/9), para demonstran berkumpul di konsulat AS untuk meminta bantuan menegakkan demokrasi di kota pelabuhan itu. Para pengunjuk rasa menginginkan Kongres AS untuk meloloskan undang-undang yang akan mewajibkan Washington untuk membuat penilaian tahunan apakah Hong Kong cukup otonom dari China daratan untuk mempertahankan status perdagangan khusus dengan AS.
Sementara itu, para pejabat China menuduh pasukan asing berusaha melukai Beijing dengan menciptakan kekacauan di Hong Kong. China memperingatkan negara-negara lain agar tidak ikut campur dalam urusan internal mereka.
Menanggapi hal itu, mantan Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan protes anti pemerintah di Hong Kong bukan masalah internal China dan AS harus menawarkan setidaknya dukungan moral kepada para demonstran.
Pekan lalu, aksi unjuk rasa di Hong Kong sudah memasuki pekan ke-14. Lam juga sudah mencabut RUU Ekstradisi yang kontroversial, yang menjadi pemicu rentetan protes.
Baca Juga
Namun langkah tersebut, gagal menenangkan banyak demonstran. Kini, tuntutan yang disampaikan para pengunjuk rasa tak hanya mengacu ke RUU itu, tapi juga mencakup proses pemilihan pemimpin eksekutif Hong Kong.
"Eskalasi dan berlanjutnya kekerasan tidak dapat menyelesaikan masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat kita sekarang," ujar Lam, dalam kesempatan yang sama.
Menurut Lam, hal-hal itu hanya akan memperdalam konflik, kontradiksi, perpecahan, dan bahkan kebencian di masyarakat.
Aksi protes yang awalnya berlangsung damai, berubah menjadi aksi penuh kekerasan dan vandalisme di beberapa tempat dalam beberapa pekan terakhir. Stasiun kereta menjadi sasaran dan operasional bandara Hong Kong pun terganggu, mengakibatkan penundaan dan pembatalan sejumlah penerbangan.
Kepolisian setempat disebut telah melakukan sekitar 1.300 penahanan.