Bisnis.com, JAKARTA--Ribuan pengunjuk rasa Hong Kong hari ini menyanyikan lagu kebangsaan AS dan meminta Presiden AS Donald Trump untuk "membebaskan" kota yang dikuasai China itu.
Aksi tersebut merupakan yang terbaru dalam serangkaian demonstrasi yang telah mencengkeram wilayah itu selama berbulan-bulan.
"Berjuang demi kebebasan, berdirilah bersama Hong Kong," teriak mereka sebelum menyerahkan petisi di Konsulat AS dengan tuntutan "Tolak Beijing, bebaskan Hong Kong."
Menteri Pertahanan AS Mark Esper kemarin mendesak China untuk menahan diri di Hong Kong, bekas koloni Inggris yang kembali ke pemerintahan China pada 1997.
Esper menyampaikan seruannya di Paris ketika polisi di Hong Kong mencegah pengunjuk rasa memblokir akses ke bandara. Akan tetapi polisi menembakkan gas air mata pada malam hari di distrik padat penduduk di Mong Kok.
Sebelumnya Trump menyarankan China untuk bertindak "secara manusiawi" dalam menyelesaikan masalah di Hong Kong sebelum kesepakatan perdagangan dicapai dengan Washington. Trump menyebut protes itu merupakan "kerusuhan" yang yang harus dihadapi China.
Aksi protes pada hari ini berlangsung damai. Polisi menghadapi aksi itu dengan tindak kekerasan dalam beberapa pekan terakhir. Mereka menggunakan meriam air, peluru karet dan gas air mata.
"Pada saat AS terkunci dalam perang dagang dengan China saat ini, ini adalah kesempatan baik bagi kami untuk menunjukkan bagaimana kelompok-kelompok pro-China juga melanggar hak asasi manusia di Hong Kong dan membiarkan kebrutalan polisi," kata Cherry, 26, pengunjuk rasa yang bekerja di industri keuangan, sebagaimana dikutip ChannelNewsAsia.com, Minggu (8/9/2019).
Cherry merupakan bagian dari pelaku aksi protes yang turut bergerak ke Konsulat AS.
"Kami ingin pemerintah AS membantu melindungi hak asasi manusia di Hong Kong," kata Cherry.
Hong Kong kembali ke China dengan formula "satu negara, dua sistem". Formula itu menjamin kebebasan yang tidak dinikmati di China daratan. Banyak warga Hong Kong takut Beijing akan mengikis otonomi itu.