Bisnis.com, JAKARTA -- Langkah Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam menarik RUU Ekstradisi secara resmi mungkin dapat menyelesaikan aksi unjuk rasa di bulan Juni.
Namun kini para pengunjuk rasa meminta lebih dan mereka siap untuk bertarung dengan pemerintah.
Demonstrasi yang berubah menjadi aksi penuh kekerasan telah berlangsung selama tiga bulan terakhir, pemerintah pada akhirnya bertindak dengan sebuah konsensi yang paling signifikan pada Rabu (4/9), malam.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Lam mengatakan kepada seluruh masyarakat Hong Kong bahwa dia berupaya untuk memenuhi permintaan para pengunjuk rasa untuk secara resmi menarik RUU Ekstradisi yang memicu kerusuhan terburuk sejak kota tersebut kembali menjadi wilayah kekuasaan China pada 1997.
"Insiden selama dua bulan terakhir ini mengejutkan dan membuat sedih orang-orang Hong Kong," katanya, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (5/9).
“Kami semua sangat cemas tentang Hong Kong, rumah kami. Kamisemua berharap menemukan jalan keluar dari kebuntuan ini," tambahnya.
Baca Juga
Tetapi, bahkan sebelum dia berbicara, para aktivis dan anggota parlemen pro-demokrasi sudah mengatakan konsesi Lam sudah terlambat.
Mereka ingin empat tuntutan lainnya dipenuhi, yang paling penting adalah dorongan yang sudah lama untuk mencalonkan dan memilih pemimpin mereka sendiri, sebuah proposal yang secara eksplisit dikesampingkan oleh Beijing pekan ini.
"Orang-orang Hong Kong tidak akan puas, ini benar-benar permintaan yang masuk akal setelah tiga bulan kami berjuang," kata Alvin Yeung, seorang anggota parlemen oposisi.
Beberapa pekan ke depan akan memberi gambaran apakah kebijakan apakah Lam dan pendukungnya di Beijing, dengan pada satu tuntutan utama akan meredam protes yang telah menjadi lebih tidak terkendali.
Kebijakan Lam menarik RUU Ekstradisi disambut baik oleh para investor, dengan benchmark lokal yakni indeks Hang Seng mencatatkan pendapatan terbesarnya dalam 10 bulan terakhir.