Kabar24.com, JAKARTA--Para pemimpin Rusia dan Turki kemarin mengadakan pembicaraan soal kemungkinan perluasan kerja sama industri pertahanan meski masih berbeda pendapat soal situasi di barat laut Suriah.
Serangan pemerintah Suriah yang didukung Moskow telah berlangsung sejak akhir April di wilayah itu.
Pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan itu berlangsung berapa hari setelah Ankara mengatakan salah satu pos pengamatannya di Suriah dikepung dan satu konvoi militer diserang oleh pasukan pemerintah Suriah dalam dua insiden terpisah.
Berbicara kepada wartawan bersama Putin, Erdogan mengatakan serangan itu telah mengganggu ketenangan yang terjadi setelah Turki dan Rusia setuju untuk mengubah provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak menjadi zona de-eskalasi.
Erdogan mengatakan tidak dapat diterima kalau pasukan Suriah "menghujani warga sipil dari udara dan daratan dengan dalih memerangi terorisme".
"Kami tidak ingin ini terus berlanjut. Semua langkah yang diperlukan akan diambil di sini sesuai kebutuhan," tambahnya seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (28/8). Dia mengakui situasi di Idlib telah menjadi begitu rumit sehingga pada saat ini pasukannya dalam dalam bahaya.
Sementara itu, Putin mengatakan kedua pemimpin telah menyetujui "langkah-langkah bersama tambahan" untuk "menormalkan" situasi di Idlib, tetapi tidak memberikan rincian apa pun.