Bisnis.com, JAKARTA - Berbagai spekulasi mulai bermunculan setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengisyaratkan kalangan profesional akan mewarnai nama-nama pembantunya di Kabinet Kerja Jilid II pada Oktober 2019 mendatang.
Komposisi kabinet pun telah ditetapkan yang menandakan kalangan profesiolan mendapat porsi lebih banyak dibanding kader parpol.
Apakah kursi menteri dari kalangan profesional akan diduduki oleh kalangan kader parpol atau profesional murni masih menjadi spekulasi.
Menanggapi itu, Juru bicara (Jubir) Komunitas Rimbawan Nusantara (KRN) Bambang Soepijanto berpendapat, sebaiknya Presiden Joko Widodo dapat memilih nama calon Menteri KLHK untuk periode 2019-2024, dari kalangan profesional timbawan.
"Kalau figur tentu banyak, tapi kriteria yang wajib adalah Profesional Rimbawan yang berani dan siap menerima segala risikonya," ujar Bambang kepada wartawan, Senin (26/8/2019).
Bambang yang juga menjabat Ketua Umum Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO) itu juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan profesional rimbawan.
Menurutnya, rimbawan bisa siapa saja. Pasalnya, yang terpenting adaah dia sosok yang bergerak dan memiliki rekam jejak kuat di sektor kehutana
Tentunya, lanjut Bambang, profil profesional rimbawan itu harus mempunyai kapabilitas, baik kompetensi kualifikasi dan rekam jejak yang mampu menyeimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial.
"Jadi kalau dia lulusan fakultas kehutanan tapi kerja di bank ya tidak bisa dikatakan rimbawan. Dan kita ingin kementerian LHK dipimpin oleh profesional rimbawan yang suah teruji," katanya.
Bambang juga berharap siapa pun yang dipilih oleh Jokowi untuk menjadi menteri LHK, figur itu dipastikan memiliki jiwa petarung, berfikir kreatif dan dia punya visi yang luar biasa untuk memajukan dan membangkitkan kembali kehutanan dan industrinya.
"Saya pikir itu menjadi syarat bagi pemimpin yang akan mengendalikan kementerian kehutanan 5 tahun mendatang. Jadi bukan profeisonal umum, tapi profesional rimbawan," katanya tanpa menyebut sosok yang tepat untuk posisi tersebut.
Lebih lanjut, Bambang juga menuturkan, di KRN yang terdiri dari 21 organisasi kehutanan juga telah menetapkan visi misi kehutanan untuk lima tahun mendatang. Tujuannya, jelas untuk mengelola hutan dengan baik dan benar, termasuk bisa memanfaatkan potensi kekayaan alam dan sistem penyangga hutan.
"Ingat Indonesia memiliki potensi yang luar biasa di sektor kehutanan, karena 64 persen tapak bumi nusantara adalah area hutan," katanya.