Bisnis.com, JAKARTA - Dua dari tiga perusahaan pemeringkat terbesar dunia menurunkan peringkat Argentina ke posisi terendah di tengah kesiapan pasar untuk menghadapi kemungkinan gagal bayar setelah oposisi memenangkan pemilihan umum pekan lalu.
Fitch Ratings memangkas peringkat penerbit jangka panjang Argentina tiga tingkat ke CCC dari peringkat B, menempatkan negara Amerika Selatan itu setara dengan Zambia dan Republik Kongo.
Sementara itu, S&P menurunkan peringkat negara ini menjadi B- dari B dan memberikan prospek negatif. Langkah ini memperparah pekan traumatis yang dialami Argentina setelah peso merosot ke rekor level terendah.
Di sisi lain, tolok ukur ekuitas menderita salah satu kekalahan harian terburuk dalam 70 tahun terakhir dan imbal hasil obligasi 100 tahun negara itu melonjak ke level tertinggi sepanjang masa.
S&P mengutip profil keuangan Argentina yang rentan dan penurunan harga aset terkait prospek negatif.
"Ketidakpastian berlanjut pada kecenderungan sektor swasta untuk menggulingkan utang pemerintah dan menahan peso sementara depresiasi menekankan tingginya kebutuhan pembiayaan pemerintah," tulis analis S&P Lisa Schineller dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip melalui Bloomberg, Sabtu (17/8).
Laporan Kementerian Keuangan Argentina terbaru menunjukkan, bahwa sampai dengan akhir Maret, jumlah utang Argentina dalam mata uang asing tercatat sebesar US$33,7 miliar yang jatuh tempo pada akhir tahun 2019, sebagian besar dalam bentuk tagihan tresuri jangka pendek atau Letes.
Fitch menyebutkan bahwa kemunduran dalam lingkungan ekonomi makro Argentina meningkatkan kemungkinan default atau restrukturisasi dan semacamnya
"Obligasi Argentina telah mulai pulih dari kekalahan terburuk pekan ini. Spread rata-rata pada obligasi negara menguat 80 basis poin hari ini, setelah sebelumnya menyempit 128 bps," menurut indeks JPMorgan.
Fitch mengatakan pihaknya memperkirakan utang pemerintah federal Argentina naik menjadi sekitar 95 persen dari produk domestik bruto tahun ini, bahkan tanpa memperhitungkan risiko penurunan lebih lanjut dalam mata uang.
Ekonomi terbesar kedua di Amerika Selatan ini mungkin akan berkontraksi 2,5 persen pada akhir tahun.
Menurut Fitch, tekanan pembiayaan dapat meningkat pada tahun 2020 ketika negara akan perlu beralih ke pasar untuk membiayai defisit fiskal dan tambahan sekitar US$20 miliar dalam utang jatuh tempo karena dana dari International Monetary Fund sudah semakin menipis.